Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Antikorupsi dalam Sebutir Bacang

Kompas.com - 01/07/2013, 05:53 WIB

Di sejumlah kompleks di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, hingga Ciputat, Tangerang Selatan, setiap pagi sejumlah tukang bacang berkeliling dengan sepeda sambil berteriak, ”Bacang ayam, bacang sapi.... Bacang ayam, bacang sapi.”

Seperti makanan-makanan Tionghoa peranakan lainnya, bacang pun akhirnya menjadi milik bangsa Indonesia. Apalagi citarasa bacang yang beredar kini telah berevolusi mengikuti kehendak lidah orang Indonesia kebanyakan. Dengan begitu bacang Indonesia—dalam beberapa hal—berbeda dengan bacang di negeri asalnya, Tiongkok.

Tengoklah bacang buatan Lauw yang leluhurnya telah kawin campur dengan orang Sunda, Banten, atau Betawi. Daging cincang yang menjadi isi bacang diberi saus sambal dan kecap manis. Bumbunya, antara lain bumbu cin, yakni kombinasi antara bawang merah dan bawang putih.

Udaya Halim, pendiri Museum Benteng Heritage Tangerang, menyebutkan, kombinasi bumbu bawang merah-bawang putih sebagai bumbu cin. Kombinasi bumbu itulah yang lazim dipakai Tionghoa peranakan di Indonesia. ”Bumbu dasar China itu bawang putih. Orang-orang China yang bermigrasi ke India dan Nusantara kemudian mengenal bawang merah. Dari situlah kombinasi bumbu cin dibuat,” kata Udaya.

Persentuhan orang Tionghoa dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim juga mendorong perubahan jenis daging yang digunakan dalam bacang. Bacang yang dulu lebih banyak menggunakan daging babi, sekarang menggunakan daging sapi, ayam, atau ebi. Fenomena ini sama dengan penggantian daging babi menjadi daging sapi pada baso.

Identitas bacang menjadi lebih mengindonesia dengan penanaman ”ranjau” berupa cabai rawit ke dalam isi bacang. Afdallah sudah bacang menjadi bagian kuliner Indonesia. (Iwan Santosa dan Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com