Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenun Ikat, Memuliakan Perempuan

Kompas.com - 20/07/2013, 18:03 WIB

Selain memanen, mereka kemudian memprosesnya menjadi benang secara manual, dengan cara memisahkan kapas dari biji-bijinya. Sebelumnya, kapas dihaluskan dengan tangan terlebih dulu. Potongan-potongan kapas kemudian disambung dan diputar dengan alat yang terbuat dari kayu. Seperti putaran gasing, peralatan tersebut diputar dengan bantuan jari-jari tangan.

Pintalan benang tersebut selanjutnya digulung dan kemudian diberi warna sesuai dengan selera masing-masing dengan zat pewarna tradisional. Cara pewarnaan pun tak mudah. Dengan cara dimasak, benang yang diwarnai, warnanya akan lebih bertahan.

”Namun, kain sarung yang dihasilkan dari benang jenis tersebut dinilai kasar, berat, dan mudah luntur jika pewarnaannya tidak kuat. Tenun ikat jenis ini pun jarang diminati orang untuk dikenakan sehari-hari. Mereka mengenakannya pada saat acara adat,” ujar Eni.

Berkembang dinamis

Namun, sejak tahun 1997, benang-benang tenun mulai digantikan dengan benang tenun buatan pabrik, yang ramai dijual di toko-toko di Kota Kupang. ”Benang pabrikan lebih halus, lembut, dan ringan sehingga menghasilkan kain tenun ikat yang lebih berkualitas daripada sebelumnya,” katanya.

Salah satu kekhasan kain tenun ikat Ndao adalah motif tenun ikat Rote yang berubah-ubah secara dinamis. Suatu saat bisa bermotif binatang, seperti cecak, ayam, sapi, kerbau, atau bisa juga lontar. Namun, suatu saat bisa saja bermotif burung, panah, parang, dan tombak, atau alat musik sasando.

”Belakangan, turis asing juga meminta motif tertentu, sesuai dengan selera mereka sendiri,” kata Eni.

Keanekaragaman motif itulah yang mendorong sejumlah sekolah di Rote mengirim anak-anak sekolah menengah pertama dan menengah atas mengikuti keterampilan menenun dasar di Dusun Ndao. Rata-rata setiap sekolah mengutus 5-10 anak perempuan.

Sayangnya, para penenun di Dusun Ndao mengaku tak pernah mendapat bantuan sama sekali dari Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Tenunan mereka juga tak pernah dipromosikan. Warga pun berjuang sendiri menjual kain tenunan mereka ke Kupang.

”Kalau ada pameran 17 Agustusan di Rote dan di Kupang, kami ikut secara sukarela. Semua biaya ditanggung perajin tanpa dukungan dari pemerintah,” tuturnya.

Stef Duli (53), warga dusun Ndao, menambahkan, meski tak ikut menenun, kaum pria membantu memasarkannya ke Kabupaten Rote Ndao, Kota Kupang, dan Kabupaten Kupang. ”Istri dan tiga anak perempuan saya ada di Ndao untuk menenun. Kami yang akan menjual dan mempromosikan tenunan,” ujarnya. (KORNELIS KEWA AMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com