Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tulehu, Negeri Air Panas Alami

Kompas.com - 31/07/2013, 12:08 WIB
BERWISATA ke Pulau Ambon, Maluku, jangan hanya menikmati keindahan pantai atau pesona bawah lautnya. Pergilah ke Tulehu, negeri (desa) di sebelah timur Ambon, di Kabupaten Maluku Tengah. Di sana, Anda dapat menikmati kehangatan air panas alami.

Gerimis membasahi Tulehu, satu sore, pertengahan Juli lalu. Mengabaikan air hujan, warga Tulehu justru ramai berkumpul di pantai berpasir putih di Dusun Air Panas Tulehu. Asap putih mengepul di dekat tempat mereka berkumpul.

Asap muncul bersamaan dengan terus keluarnya air panas alami dari balik pasir pantai. Dengan menggunakan gayung, warga mengambil air itu dan membasahi sekujur tubuh mereka. ”Panas, airnya! Kalau sedang hujan seperti sekarang memang paling enak mandi di pantai ini dengan air panas alami,” kata Jamal Lestaluhu (30), warga Tulehu.

Ketika air laut surut, biasanya pada sore hari, air panas alami itu bisa dinikmati. Namun, tidak ketika sedang pasang, air laut akan menutup seluruh sumber air panas alami di pantai itu. ”Makanya setiap sore, pantai ini selalu ramai orang mandi air panas alami,” ucap Jamal.

Tak hanya di pantai, sumber air panas alami juga ada di laut, sekitar 300 meter dari pantai di Dusun Air Panas. Penanda lokasi sumber air panas ini adalah bebatuan yang tak beraturan bentuknya yang terlihat menembus permukaan laut. ”Yang di laut itu paling panas airnya. Saking panasnya, bisa digunakan untuk masak telur,” kata Jamal.

Sumber air panas di Dusun Air Panas bukanlah hal baru. Menurut sejumlah warga, air panas telah dimanfaatkan Jepang saat menguasai Ambon, lebih dari separuh abad lalu.

Kala itu, Jepang membuat tempat-tempat mandi dari batu di pantai. Kini semuanya hancur. Namun, batu pembentuk fondasi dan dinding masih ditemukan, berserakan di pantai.

Tidak hanya di Dusun Air Panas, air panas alami juga bisa dinikmati di Tulehu. Sumber air panas alami menyembur pula dari dasar sungai di kawasan hutan Hatuasa. Di titik air panas keluar, Pemandian Air Panas Hatuasa dibuat pada 1993.

Meski air panas yang menyembur bercampur dengan air sungai, kehangatan air panas alami masih sangat terasa.

Bersebelahan dengan Pemandian Hatuasa, ada pula Pemandian Air Panas Talanghaha. Usianya lebih muda dari Hatuasa. Pemandian baru dioperasikan mulai 2008. Saat itu, pemiliknya, Abdul Karim Lestaluhu (56), menggali tanah tidak jauh dari sungai dan menemukan sumber air panas alami.

Obati penyakit

Dengan menggunakan sejumlah pompa, air panas disedot dan disalurkan ke tiga kolam di Talanghaha. Dua di antaranya berlantai keramik, sementara satu lagi berlantai kerikil. ”Kolam kerikil itu khusus untuk terapi,” tutur Abdul Karim.

Menurut Abdul Karim dan Jena Nahumarury (35), pengelola Pemandian Hatuasa, secara terpisah, air panas alami itu tak sebatas dinikmati oleh wisatawan. Air juga dimanfaatkan oleh orang-orang yang terserang penyakit, seperti penyakit kulit dan menyembuhkan kelumpuhan akibat serangan stroke.

”Pernah ada orang yang datang dengan kondisi lumpuh karena stroke. Dia berendam 12 hari berturut-turut dan setelah itu dia bisa kembali jalan,” kata Abdul Karim.

Hatuasa dan Talanghaha berada di antara bukit-bukit tinggi yang masih tertutup oleh vegetasi yang lebat. Pepohonan yang menaungi pemandian mampu menyuguhkan suasana yang sejuk sehingga memberi kenyamanan lebih saat berendam air panas.

Untuk menikmati kedua pemandian air panas itu, setiap orang hanya butuh mengeluarkan uang Rp 5.000.

Ketika sudah bosan berendam, atau bagi wisatawan yang datang tetapi tidak ingin berendam, fasilitas karaoke disiapkan pengelola kedua pemandian air panas. Kegemaran orang Ambon dan Maluku pada umumnya untuk menyanyi memang coba dimanfaatkan pengelola guna menarik wisatawan.

Untuk menyanyi pun tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Setiap lagu yang dinyanyikan hanya membayar Rp 2.500. Beragam jenis lagu tersedia, mulai pop Ambon sampai dangdut.

Abdul Karim mengatakan, pemandian yang nyaman berikut fasilitas hiburan karaoke bisa menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Pada akhir pekan saja, misalnya, Sabtu atau Minggu, jumlah pengunjung bisa 700 orang. ”Jumlah ini bisa dua kali lipat lebih banyak saat libur hari raya, seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru,” ujarnya.

Jena juga mengakui hal yang sama. Lebih dari 500 wisatawan bisa datang pada Sabtu atau Minggu. Jumlahnya akan lebih banyak lagi saat libur hari raya.

”Wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan dari Ambon atau daerah lain di Maluku. Banyak pula dari daerah lain di luar Maluku, bahkan dari luar negeri. Turis asing yang datang kebanyakan dari Belanda,” kata Jena.

Turis asing biasa datang mulai September sampai Desember setiap tahun. Jadilah di laut, di pantai, di sungai, dan di banyak titik lain, air panas alami menyembur di Tulehu. Tidak keliru jika Tulehu disebut sebagai negeri air panas alami. (A Ponco Anggoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com