Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aceh, Mutiara yang Terlupakan

Kompas.com - 07/09/2013, 11:31 WIB

”Pemerintah tak serius menganggap keluhan kami. Entah berapa kali kami meminta agar dibangunkan jalan. Tetapi, janji-janji itu begitu lamban terwujud,” kata Sekretaris Desa Raket, Bulohseuma, Zaenal.

Pusat penyulingan milik H Burhan di Tapak Tuan, yang kosong melompong, menjadi contoh lonceng kematian investasi. Tabung uap suling pala di dalam gedung besar seluas 1 hektar itu, kini sudah diangkut ke Medan. Tanpa mekanisme pembuangan limbah yang baik, pabrik yang sempat diprotes warga karena pembuangannya, akhirnya terpaksa pindah ke Medan tahun 1997.

Tingginya ongkos pengiriman minyak pala ke Medan melalui jalan darat juga menjadi kendala besar. Butuh biaya besar membawa minyak pala untuk selanjutnya dikirim ke Eropa oleh distributor Medan.

”Harga minyak pala dari Tapak Tuan ke Medan antara Rp 800.000-Rp 1 juta per kilogram. Tidak tahu juga berapa harga dari Medan ke konsumen asing,” ujar Deddy Syahputra, warga Aceh Selatan.

Tinggal di dekat jalan paling bagus di Indonesia, yang dilalui tim jelajah sepeda, ternyata bukan jaminan sejahtera. Sudirman, pemilik warung makan di Jalan Calang-Meulaboh, hanya mendapatkan Rp 50.000-Rp 100.000 per hari.

Berada di sekitar Pantai Suak Debangbrueh, Kecamatan Sama Tiga, Aceh Barat, juga tak terlalu menolong. Sebab, pantai berpasir putih yang dihiasi cemara laut dan menghadap Samudra Hindia, jarang dikunjungi wisatawan. Trauma pascatsunami membuat warga hijrah ke daerah lain. Bahkan, rumah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Nias, kini tak terurus. Hanya berjarak 50 kilometer atau satu jam naik motor dari Banda Aceh, Maryati (45), warga Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, yang berjualan di pinggir jalan besar itu juga mereguk banyak keuntungan. Jalan mulus bantuan AS membuat pengguna jalan memacu kendaraannya kencang-kencang sehingga jualan buahnya hanya laku sekitar Rp 30.000-Rp 50.000 per hari.

Sebenarnya, Maryati bisa meraup keuntungan lebih besar jika mau berjualan hingga malam. Dibandingkan masa lalu, yang jalan sering rusak, maka banyak pengguna jalan yang beristirahat di warung buah miliknya.

Saat melintasi etape ketujuh, Budhi Dharma (60), peserta jelajah sepeda lainnya, juga terngiang saat masa kecilnya di Padang pada sekitar 40 tahun lalu. Orangtuanya dulu kerap bercerita tentang banyak saudagar Aceh yang kaya raya. Mereka pintar berdagang dan punya banyak kebun rempah-rempah.

KOMPAS.COM/DIAN MAHARANI Lautan biru di Teluk Balohan, Aceh dengan perbukitan yang mengelilingi. Lautan ini menjadi pemandangan bagi peserta Jelajah Sepeda Sabang-Padang Kompas-PGN, Sabtu (31/8/2013).
Namun, enam hari bersepeda mengelilingi Aceh lebih dari 600 km, Budi justru merasa sedih melihat Aceh di bagian selatan. Bangunan rumah kayu kusam di pinggir jalan mirip dengan rumahnya tahun 1960-an.

”Saya sedih. Ke mana kejayaan Aceh dengan kejayaan para saudagarnya sekarang? Rumah warga sangat sederhana. Padahal di depannya banyak berjejer pantai indah dan kaya ikan. Sayang, mereka tak bisa memanfaatkannya,” kata pengusaha otomotif dan karoseri ini.

Pemimpin Redaksi Idea dan Ide Bisnis Wahyu Hardana menambahkan, keunggulan sumber daya alam dan infrastrukur jalan di Aceh harusnya bisa mendorong Aceh menjadi provinsi termaju. Mungkinkah? (Cornelius Helmy/Mohamad Burhanudin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Jalan Jalan
WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

Hotel Story
Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com