Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2013, 17:25 WIB
BELASAN kapal berhias kertas minyak merah-putih berjajar rapi di tepi Pantai Pede, Kelurahan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Para nelayan dengan biaya sendiri ingin tampil di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan puncak Sail Komodo 2013. Namun, hingga kegiatan selesai, Sabtu (14/9/2013) siang, tak ada kesempatan untuk tampil.

Hingga petang, kapal-kapal berbahan fiber berlabel Petde Bahari itu belum beranjak. Nasrudin (45), seorang nelayan pemilik kapal, terpaku di depan armadanya. ”Kapan lagi kami bisa tampil di depan Presiden? Mungkin tidak ada kesempatan sampai kami meninggal,” katanya.

Nelayan lain, Junaedi dan Abu, serta Kepala Desa Gorontalo Aladin Nasar ikut bergabung. Mereka berasal dari suku Bajo di Sulawesi Tenggara, yang turun-temurun tinggal di Pantai Pede, Kampung Gorontalo, sekitar 15 menit perjalanan kendaraan dari pusat kota.

Junaedi mengatakan, sudah sepekan kapal kelompok nelayan Petde Bahari dihias demi memeriahkan puncak Sail Komodo 2013. Untuk membeli kertas minyak, benang, dan lem, mereka merogoh kocek Rp 100.000.

Bagi nelayan, uang itu sangat berarti. Sejak Mei 2013, nelayan berutang Rp 10 juta untuk membeli kapal fiber yang digunakan untuk memburu ikan.

Ada 18 perahu nelayan Petde Bahari hasil utang ke Bank NTT. Utang itu harus dibayar dalam jangka waktu tiga tahun. Tiap bulan, angsurannya sekitar Rp 400.000. Kredit lunak ini dirasa sangat membantu karena dengan kapal fiber, jangkauan melaut bisa lebih jauh dan hemat bahan bakar.

”Kami ini nelayan kecil yang kampung halamannya dipakai kegiatan Sail Komodo dan dihadiri Presiden. Tetapi, tak sedikit pun kami dilibatkan,” kata Aladin Nasar, yang juga nelayan.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO Anggota TNI menunjukkan keterampilan terjun ke laut dari helikopter, Sabtu (14/9/2013), untuk memeriahkan puncak Sail Komodo 2013 di Pantai Pede, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini melibatkan kapal perang Indonesia, kapal pemerintah, dan yacht dari 17 negara. Sail Komodo diharapkan bisa mengakselerasi pembangunan ekonomi setempat dari sektor pariwisata dan perikanan.
Hingga Sabtu pagi, mereka masih berharap bisa memamerkan kapal di depan Presiden SBY. Padahal, dinas kelautan dan perikanan telah memastikan hanya nelayan-nelayan terpilih yang diikutsertakan.

Harapan nelayan masih ada karena dalam susunan acara yang dibagikan, Sailing Pass masih menampilkan kapal nelayan di belakang kapal perang (KRI), kapal pemerintah, dan kapal layar. Namun, hingga kegiatan selesai, tak ada kapal nelayan terpilih yang bisa berlayar dan beratraksi di depan Presiden dan ribuan undangan dari dalam dan luar negeri. Hanya 17 kapal layar (yacht) yang menutup konvoi kapal, mewakili negara masing-masing.

”Sail Komodo buat siapa? Kalau dari sambutan Pak Menko Kesra (Agung Laksono), Sail Komodo buat pemberdayaan masyarakat. Kenyataannya eksklusif,” kata Nasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com