Umumnya, di daerah Bali, orang yang meninggal dikubur atau dibakar (ngaben). Namun, sangat berbeda halnya dengan penerus darah keturunan Bali Aga di Desa Trunyan. Orang yang meninggal bukan dimakamkan atau dibakar, melainkan dibiarkan hingga membusuk di permukaan tanah dangkal berbentuk cekungan panjang.
Posisi jenazah berjejer bersanding dengan yang lainnya, lengkap dengan pembungkus kain sebagai pelindung tubuh di waktu prosesi. Tampak hanya bagian muka dari celah bambu "Ancak Saji". Ancak Saji merupakan anyaman bambu segitiga sama kaki yang berfungsi untuk melindungi jenazah dari serangan binatang buas.
"Beginilah tradisi unik di desa kami, mayat dibiarkan membusuk menjadi tengkorak, tetapi tidak menebarkan aroma busuk," kata Putu Dahlia, seorang pemandu lokal yang mengenalkan cerita Trunyan kepada wisatawan.
Menurut legenda dan keyakinan masyarakat di sana hingga sekarang, pohon itulah yang diyakini mampu menetralisasi bau busuk yang menebar di sekitar kuburan atau setra. Ketika kaki melangkah masuk, kedua sisi candi dihiasi tengkorak "berbekal" kepingan uang rupiah yang diletakkan pengunjung.
Melangkah lebih dalam, ada sembilan tempat meletakkan jenazah berjajar rapi. Usia dan kondisi mayat beragam. Semua bergantung pada masa kematian jenazah. Jika pas kebetulan, pengunjung bisa mendapati secara nyata kondisi mayat dalam keadaan utuh bersebelahan dengan kondisi mayat yang telah menjadi tengkorak.
Pengunjung, baik lokal maupun mancanegara, bebas mengambil foto dari tempat tengkorak dibaringkan. Di sekitar sini, akan banyak tulang belulang yang tanpa sengaja bisa terinjak oleh kaki saat asyik mengamati sekeliling kuburan.
Uang koin, perlengkapan pribadi di masa hidup, pakaian yang tercabik-cabik menyembul dari tanah. Pemandangan ini akan menghiasi kesan jejak kehidupan manusia yang bermukim di Desa Trunyan telah berakhir di sini, di sebidang tanah yang luasnya kurang dari satu are serta berundag.
Sementara bayi yang meninggal akan dikuburkan di lokasi yang berbeda disebut Sema Muda. Begitu pula orang yang meninggal karena kecelakaan akan dikubur di Sema Bantas. Semua sudah dibedakan sesuai aturan dan kaidah yang berlaku di desa tersebut.
"Seseorang yang meninggal secara wajar akan dikubur di Sema Wayah. Prosesi penguburan, mayat akan diantar dengan boat dari Desa Trunyan bersama warga dan keluarga," kata Putu.
Untuk menjangkau Desa Trunyan, pengunjung bisa melalui akses jalur darat berjarak sekitar 45 menit dari Panelokan, atau pengunjung juga dapat melalui akses dermaga di Kedisan dengan menggunakan boat yang telah disiapkan.
Untuk menjangkau kuburan Trunyan atau Sema Wayah, pengunjung dapat melalui dua cara, yakni lewat Pelabuhan Kedisan dan lewat Desa Trunyan.
Pengunjung dapat menyiapkan uang Rp 500.000 pulang-pergi sekali carter, biasanya sudah satu paket dengan jasa pemandu. Perahu sampan juga tersedia, cocok buat wisatawan yang berpasangan.
Berkunjung ke Trunyan bisa dijadikan satu paket tur ketika Anda sedang berkunjung ke Kintamani dan Danau Batur. Dari setiap sudut mana pun, Gunung Batur akan menyajikan daya pesonanya yang menyimpan tradisi unik. Kesibukan masyarakat mencari ikan dan mengurus keramba ikan adalah pekerjaan sehari-hari penduduk lokal di sana. (EKA JUNI ARTAWAN)