Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Muslim Ningxia, Ada "Debus" Suku Hui

Kompas.com - 29/09/2013, 15:43 WIB
PULUHAN pelajar putri berdiri berjajar di lorong utama kompleks perumahan di salah satu sudut Kota Wuzong, Provinsi Otonom Ningxia, China, menyambut kedatangan hampir 200 operator wisata Muslim dari 20 negara, Senin (9/9/2013). Mereka adalah pelajar dari sekolah khusus Muslim di kompleks perumahan yang baru dihuni beberapa tahun.

Perumahan khusus Muslim yang di peta wisata disebut Wuzhong Muslim New Village itu sengaja dibangun sebagai bentuk perhatian Pemerintah Provinsi Ningxia kepada penduduk asli suku Hui yang umumnya beragama Islam. Kompleks perumahan penduduk beragama Islam itu sekaligus menjadi salah satu obyek wisata khas Ningxia. Turis dari sejumlah negara dapat melihat langsung kehidupan suku Hui yang beragama Islam, cukup di satu tempat.

Sebelum memasuki kompleks perumahan, pengunjung disuguhi atraksi tarian khas penari-penari berkerudung. Perempuan berkerudung memang menjadi ciri khas kawasan ini, menunjukkan penduduknya yang Muslim. Laki-laki, tua-muda, dan berpeci putih menjadi penanda penduduknya yang beragama Islam.

Beberapa pemuda menyajikan atraksi bela diri, baik dengan tangan kosong maupun bersenjata pedang. Puncak atraksi menyambut pengunjung adalah atraksi pamer kekebalan tubuh yang dilakukan dua pemuda. Aksi mereka tak ubahnya debus khas Banten. ”Ini persis atraksi debus di Banten,” ucap Lulu, Head of Hajj and Umroh Division PanTravel, delegasi Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jakarta, saat berkunjung ke perkampungan suku Hui.

Aksi mendebarkan ala debus itu di antaranya mematahkan batang besi, memukul kepala menggunakan kayu yang berakibat patahnya alat pukul. Aksi yang paling mendebarkan adalah saat seorang pemuda tidur telentang di atas pecahan beling. Dadanya lalu ditutupi semacam alas tipis dari bahan semacam marmer. Pemuda lainnya memukul hingga pecah alas itu menggunakan palu besar. Seperti yang sudah diduga, dan kerap terlihat dalam aksi debus, si pemuda yang tidur di atas hamparan baling tak terluka sama sekali.

Penyambutan pengunjung di muka kompleks perumahan khusus Muslim Hui itu menjadi pengantar para wisatawan sebelum memasuki kompleks perumahan untuk melihat kehidupan sehari-hari secara langsung penghuninya. ”Di perumahan ini terdapat 300 penduduk. Perumahan ini dibangun pemerintah provinsi,” kata Shin Hwa, salah satu penerjemah yang mengiringi rombongan pengunjung.

Perumahan terbagi dalam puluhan kluster kecil, dan setiap kluster terdiri atas enam rumah. Di salah satu sudut perumahan yang hanya memiliki satu jalan utama itu terdapat kompleks sekolah.

”Saya sedang mengikuti pelajaran bahasa Inggris,” ujar Mariam, salah seorang pelajar
putri.

Jalur Sutera

Bagi suku Hui, pendidikan generasi muda menjadi prioritas. Sebagai minoritas di Provinsi Ningxia, kaum Muslim suku Hui ingin eksis. Apalagi, kemajuan di provinsi itu semakin nyata. Salah satu penanda adalah berseliwerannya mobil-mobil mewah bermesin besar keluaran Eropa dan Jepang. Suku Hui tentu tidak mau tertinggal. Apalagi, leluhur mereka pun mampu berkiprah di salah satu dinasti penguasa China, yakni Laksamana Ceng Ho, panglima kerajaan beragama Islam yang namanya hingga kini masih dikenang orang, termasuk di Indonesia.

Laksamana Ceng Ho adalah salah seorang suku Hui. Beberapa sumber menyebutkan, suku Hui diyakini sebagai keturunan para pedagang Arab ketika perdagangan di Jalur Sutera berlangsung sejak tiga abad sebelum Masehi. Sebagian pedagang Arab yang datang beberapa abad kemudian dan telah beragama Islam ketika itu tidak kembali ke kampung halaman. Mereka bermukim dan menikahi warga setempat. Dari merekalah agama Islam kemudian berkembang di Ningxia.

KOMPAS/AGUS MULYADI Keluarga Muslim suku Hui di kompleks perumahan yang dibangun pemerintah setempat di Kota Wuzhong, Ningxia.
Mengikuti jalur perdagangan Jalur Sutera, agama Islam juga berkembang di Xian, Gansu, dan terbesar di Xinjiang, provinsi paling barat China. Jejak Jalur Sutera digambarkan secara lengkap di Museum Suku Hui, yang di tengah-tengahnya berdiri masjid besar.

Berkunjung ke Ningxia, pengunjung bisa menoleh kembali ke masa silam saat Islam mulai masuk dan berkembang di negara berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu. Pengunjung beragama Islam pun tak perlu pusing dengan makanan karena pengelola wisata pada umumnya menyediakan makanan halal. Untuk beribadah, masjid pun mudah ditemui di provinsi dengan penduduk beragama Islam sekitar 2 juta jiwa, atau sepertiga dari total 6 juta penduduknya itu.

Ningxia yang juga daerah pertanian, dengan produksi terbesar jagung dan padi, kini terus berkembang menjadi daerah maju meski terletak di ”pedalaman” China. Kehidupan warga dan sejumlah obyek wisata lain khas kawasan itu tentu menjadi andalan penarik wisatawan dari seluruh dunia, tidak hanya kaum Muslim.

Demi mengenalkan Ningxia, digelarlah acara bertajuk ”World Muslim Tour Conference 2013” di Ningxia, pada 6-9 September. Hampir 200 operator wisata dari 20 negara berkumpul untuk membicarakan berbagai kemungkinan kerja sama pengelolaan wisata ke Ningxia. Acara dibuka Wakil Gubernur Ningxia Otonomi Daerah Wang Dia Shan. (Agus Mulyadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com