Dengan luas hanya 44 kilometer persegi, Solo yang merupakan hinterland atau kota yang dikelilingi kabupaten lain mengandalkan diri pada sektor perdagangan dan jasa. Kedudukan sebagai kota kedua di Provinsi Jawa Tengah tidak membuat Solo tersisih. Beberapa fasilitas berkelas internasional pun dibangun di kota ini.
Di kota ini terdapat rumah keluarga besar Siti Hartinah (Tien) Soeharto, istri dari presiden ke-2 Republik Indonesia, HM Soeharto, yang pernah memerintah sekitar 32 tahun. Ada juga fasilitas Stadion Manahan dan Bandara Internasional Adi Soemarmo.
Kota ini menjadi salah satu barometer nasional di bidang politik dan beberapa kali dilanda kerusuhan. Citra Solo kini membaik, terutama pada masa Wali Kota Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo. Rudyatmo sejak 2012 menggantikan Jokowi sebagai wali kota.
Beberapa ruang publik dikembalikan pada fungsinya, seperti kawasan Monumen 1945 Banjarsari, Taman Balekambang, koridor Ngarsapura, dan city walk di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, jalan paling penting di kota ini. Jokowi dan Rudyatmo juga merevitalisasi pasar tradisional yang hampir ditinggalkan masyarakat dengan menjamurnya pusat perbelanjaan modern.
Beberapa program populis lain, baik fisik maupun nonfisik, juga dieksekusi duet kepemimpinan ini. Pijakan program ini sederhana saja, yakni keinginan memanusiakan manusia atau nguwongke uwong. Misalnya, dengan mengembalikan fungsi trotoar sebagai tempat pejalan kaki dengan city walk.
Monumen 1945 Banjarsari yang pernah ”diduduki” 1.000 pedagang kaki lima (PKL) dibersihkan dengan pendekatan manusiawi tanpa penggusuran. Mereka dipindahkan ke bangunan baru di Pasar Notoharjo di pinggiran kota di Kecamatan Pasar Kliwon, dengan iringan kirab budaya.
Kawasan monumen yang bersih dari PKL dimanfaatkan untuk jalan-jalan warga atau tempat berolahraga pelajar dari sekolah di sekitarnya. Monumen yang bercerita tentang Serangan Umum Empat Hari di Solo menjadi lebih bersih. Monumen ini dikelilingi taman yang disebut Villapark dan dibangun pada masa Thomas Karsten menjadi konsultan perencanaan Kota Solo.
Ruang srawung
Taman Balekambang yang dulu dibangun oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara VII untuk kedua putri kembarnya, Partini dan Partinah, sempat tak terurus sebelum kini kembali menghijau dan menjadi ruang srawung (bertemu) warga. Selain menjadi hutan kota, di tempat ini kini juga terdapat rusa yang dilepasliarkan, taman reptil, fasilitas outbound, green house, taman air, gedung ketoprak, rumah peristirahatan yang direvitalisasi, dan amfiteater baru untuk sendratari Ramayana.
Ahli komunikasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Widodo Muktiyo, mengatakan, kebijakan pemerintah selama 10 tahun terakhir bisa diimplementasikan karena menggunakan pendekatan humanis dan mengangkat kultur lokal. Pendekatan ini mampu mengangkat partisipasi warga.
”Komunikasi mampu terbangun sehingga pemimpin memerintah tidak terasa seperti memerintah dan masyarakat juga tergerak untuk turut serta,” kata Widodo.
Bagi warga Solo, seperti Bibit (52), ruang publik yang nyaman dan mudah diakses orang kecil menjadi tempat hiburan yang dicari-cari. Ia kini menikmatinya. (Sri Rejeki)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.