Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Venesia dari Timur, Riwayatmu Kini...

Kompas.com - 04/10/2013, 19:14 WIB

”Di pusat kota Palembang ada daerah Talang Jawa yang dulunya daerah pinggiran sungai,” kata Yudi.

Padahal, dulu Kerajaan Sriwijaya mendesain tata kota Palembang sebagai sebuah kota air. Peninggalan tata kota air ini masih bisa terlihat di situs Karanganyar di Palembang yang kini menjadi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Kanal-kanal kuno berusia ratusan tahun saling terhubung dengan Sungai Musi sebagai pintu masuk ke ibu kota kerajaan maritim itu.

Hingga zaman Kesultanan Palembang Darussalam sebelum 1823, tata kota air bertahan dengan rumah-rumah panggung dan pasar-pasar terapung. Saat itu, anak-anak sungai dan rawa menjadi nadi kota yang menghubungkan masyarakat. Seperti Venesia, jalur transportasi dari rumah ke rumah pun menggunakan perahu. Meski pelan-pelan terkikis, kehidupan masyarakat sungai ini terus berlanjut hingga 150 tahun ke depan.

Yudi Syarofie mengatakan, awal daratanisasi di Palembang terjadi pada zaman kolonial Belanda. Selama 124 tahun kekuasaan Belanda di Palembang, penjajah itu menguruk dua sungai besar untuk diubah menjadi jalan raya. Sungai Tengkuruk kini menjadi Jalan Jenderal Sudirman, jalan utama Kota Palembang, dan Sungai Kapuran kini menjadi Jalan Merdeka. Namun, di zaman kemerdekaan, Pemerintah Indonesia lebih banyak lagi merusak sungai.

Aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Selatan, Hadi Jatmiko, mengatakan, hingga saat ini komitmen pemerintah untuk melestarikan rawa dan sungai tak jelas. Peraturan daerah Kota Palembang terbaru bahkan memperbolehkan adanya alih fungsi rawa menjadi daratan dengan memberikan retribusi tertentu. ”Perda Rawa justru lebih berorientasi pada ekonomi, bukan pada konservasi. Ini mendorong lebih banyak rawa ditimbun,” ujarnya.

Identitas sungai pudar

Kehidupan manusia selalu merespons dengan kondisi alamnya. Demikian pula yang terjadi di Palembang. Budaya sungai yang dulunya menjadi ciri khas Palembang mulai pudar. Generasi muda Palembang yang tak lagi kenal kehidupan sungai menjadi salah satunya.

KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA Para peserta melaju di etape II Musi Triboatton yang mengarungi Sungai Musi dari Tebing Tinggi menuju Muara Kelingi, Musi Rawas, Sumatra Selatan, Selasa (27/11/2012). Pada etape II ini berhasil dimenangi oleh tim Internasional School, disusul Malaysia pada posisi kedua dan Kamboja di tempat ketiga.
Yudi mengatakan, struktur sosial masyarakat Palembang telah jauh berbeda. Tak ada lagi, misalnya, ngobrol di anak tangga atau membersihkan sungai bersama sebagai bagian dari kebersihan lingkungan. Ibaratnya, sungai sekarang justru menjadi tempat sampah raksasa.

”Jiwa sungai di Palembang ini sudah hilang. Identitas Palembang tak lagi punya ciri khas,” ujarnya.

Potensi wisata peradaban sungai pun lenyap. Padahal, di Venesia, wisata peradaban sungai telah membuat kota itu menjadi salah satu tujuan wisata dunia. (Irene Sarwindaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com