Mulai dari topeng, patung, sampai fosil pohon yang berasal dari Masa Triassic di Pulau Jawa, 248 juta tahun sebelum masehi. Ada juga fosil kerang dari Maroko, yang berasal dari Masa Jurasic, 230 juta tahun sebelum masehi. Belum lagi fosil lebah raksasa yang ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah, dan belum diketahui umurnya.
Ketika ditanya, mengapa barang seberharga itu ditaruh di halaman saja, Mirza hanya menjawab, “Ini rumah, rumah saya". "Saya yang desain," kata Mirza menirukan Sjahrial Dalil, pemilik museum sekaligus paman Mirza, ketika ditanya tentang tata letak barang-barang di museum ini.
Sebenarnya, Museum di Tengah Kebun ini merupakan rumah tinggal Sjahrial, tapi pada tahun 2009 ia mengesahkannya sebagai museum di tangan notaris.
Koleksi Berharga
Museum di Tengah Kebun memiliki 2.841 koleksi. Semua koleksi itu tersebar di 17 ruangan di bangunan utama seluas 700 meter persegi, yang merupakan rumah Sjahrial Djalil, mulai dari pintu masuk, kamar tidur, sampai kamar mandi. Selain itu, barang-barang juga tersebar di halaman dan kebun seluas 3.500 meter persegi. Bahkan masih ada barang-barang koleksi yang belum dipajang yang jumlahnya bisa mencapai dua kali lipat dari barang yang dipajang.
Semua barang-barang bernilai sejarah itu dikumpulkan Sjahrial Djalil selama 42 tahun terakhir. Ia melakukan perjalanan keliling dunia sebanyak 26 kali. Selama perjalanan itu, ia banyak mengunjungi museum-museum di luar negeri dan merasa kecintaannya terhadap barang-barang sejarah semakin besar. Sebanyak 90 persen barang-barang sejarah ia dapatkan di Balai Lelang di berbagai kota di Eropa, Amerika, Hong Kong, dan Australia. Semua koleksi yang dimiliki Sjahrial pun berasal dari 63 negara dan 21 provinsi di Indonesia.
“Misinya Pak Sjahrial Djalil mengembalikan barang-barang heritage Indonesia yang ada di luar negeri,” ujar Mirza.
Pasalnya, barang-barang sejarah Indonesia memang banyak yang tersebar di luar negeri. Hal ini sudah terjadi sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Bahkan bangsa Indonesia sendiri pun tidak tahu akan kenyataan ini. Kekayaan bangsa Indonesia diambil begitu saja, dan dijual dengan harga yang mahal di balai lelang.
Untuk itulah, Sjahrial Djalil mencoba membawa barang-barang itu kembali pulang ke Tanah Air walaupun tidak semuanya berhasil dibawa. “Belum semua karena barang-barang kita itu super mahal,” ucap Mirza.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.