Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-15, tradisi korsandi menghidupkan kompetisi sengit para mambri (sebutan bagi orang terpandang) Biak untuk berlayar jauh. Penjelajahan bahari yang panjang dan lama para mambri itu berbekal forma, sagu yang dibakar dalam buluh bambu dan kini dikenal di mana-mana.
”Sebaliknya, para mambri pulang membawa cara memasak nasi dalam buluh bambu. Rica-rica adalah contoh lain tradisi santap Minahasa yang kini menjadi santapan sehari-hari di Teluk Cenderawasih. Transaksi tradisi bersantap juga dibawa orang Sanger yang kerap terdampar di Biak Utara dan Supiori Utara,” kata Mansoben. Rica-rica juga santapan yang jamak didapati di Ternate, Tidore, ataupun Halmahera.
Tradisi dagang
Muridan S Widjojo—sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang meneliti relasi sejumlah suku bangsa di Indonesia timur dalam perang pemberontakan Sultan Nuku dari Tidore—menilai kemiripan beragam santapan di Indonesia timur dilumasi sosolot, tradisi ekspedisi dagang orang Seram yang sejak abad ke-15 mengangkut damar, pala panjang, dan kulit buaya dari Papua sejak abad ke-15.
Sebagai bandar transito cengkeh dan pala, Seram Timur disinggahi ekspedisi dagang dari berbagai penjuru Nusantara, termasuk para pelaut Bira di Sulawesi Selatan.
Sejumlah dokumen syahbandar Banda dan Seram abad ke-17 menunjukkan, para pelaut Biak dan Raja Ampat masih menjadi pemasok sagu di kedua pulau itu. Beberapa dokumen VOC dari abad ke-17 juga menyebutkan kapal perompak Biak, Raja Ampat, Jailolo, Sanger yang ditangkap VOC juga mengandalkan sagu sebagai bekal selama melaut.
”Relasi panjang dalam bentuk dagang, perompakan, pertikaian, juga persekutuan perang telah meleburkan beragam tradisi kuliner di kawasan Indonesia timur,” kata Muridan.
Warga Danau Sentani dan Palopo, misalnya, sama-sama memiliki sajian jenang sagu berkuah sop ikan.
Orang Danau Sentani di Papua menyebutnya papeda, memasak jenang sagu dan sop ikan kuah kuning secara terpisah. Orang Palopo di Sulawesi Selatan menyatukan jenang sagu dan sop ikan dalam semangkuk sajian kapurung. Keduanya sama-sama segar oleh rasa asam, sama-sama kaya rempah, sama-sama bakal memuaskan selera. (Aryo Wisanggeni)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.