Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/01/2014, 10:10 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis

BONE, KOMPAS.com — Sebuah goa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, banyak dikunjungi warga kala liburan tiba. Goa ini disebut sebagai Goa Terkutuk lantaran di dalamnya banyak batu menyerupai makhluk hidup hingga gubuk dan peralatan tradisional lainnya. Di dalam goa ini pula terdapat batu yang paling sakral dan dijadikan sebagai pertanda alam bagi warga setempat.

Goa ini sebenarnya bernama Goa Mampu karena terletak di lereng pegunungan Mampu, Desa Cabbeng, Kecamatan Duaboccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bagi penduduk setempat, goa ini diyakini sebagai sebuah permukiman penduduk yang dikutuk menjadi batu oleh seorang raja yang berkuasa pada saat itu.

Keyakinan penduduk setempat didasarkan oleh cerita turun-temurun serta banyaknya batu yang menyerupai mahkluk hidup, serta peralatan tradisional hingga areal persawahan yang membatu. Goa yang hingga kini belum diukur oleh pemerintah setempat memiliki sejumlah tingkatan serta sejumlah lorong yang berhubungan satu sama lain.

Saat memasuki goa ini, maka pengunjung terlebih dahulu harus membungkuk dan menemukan dua buah batu yang tergantung. Batu ini sebagai pintu gerbang. Keunikan dua batu yang tergantung ini adalah memiliki bunyi yang berbeda jika dipukul. Ada yang nyaring seperti besi serta ada yang suaranya biasa sebagaimana layaknya batu biasa yang dipukul.

Selain itu, terdapat batu yang menyerupai hamparan persawahan, sebuah kapal, dan sejumlah binatang yang menyerupai buaya, kuda, tikus, serta burung yang bertengger, serta sebuah gubuk berkuran 3 meter.

Goa ini juga dihuni oleh ribuan kelelawar dan burung walet yang bergelantungan dan bersarang di atasnya. Di ujung lorong goa ini terdapat dua buah batu yang ujungnya saling berhadapan, yang satunya bergelantungan dari atap goa. Batu ini dikenal dengan batu pedoman.

Warga setempat menjadikan batu ini sebagai pertanda alam. Jika tiap-tiap ujung dari batu saling bersentuhan, diyakini akan terjadi bencana alam yang menimpa perkampungan setempat. "Kalau bersentuhan maka akan terjadi bencana alam dan ini sudah sering terjadi," kata Andi Adi.

Menurut cerita turun-temurun, goa ini dahulunya adalah sebuah perkampungan yang diperintah oleh salah seorang raja. Saat itu, putri sang raja sedang menenun di atas rumah panggung miliknya. Namun, salah satu alat tenunnya terjatuh. Sang putri pun berkata bahwa siapa pun yang membantunya mengambil alat tenun tersebut maka akan dijadikannya suami.

Naas, anjing sang putri yang disebut Labolong melompat dan turun mengambil alat tenun tersebut dan membawakannya kepada sang putri. Lantaran perkataan sang putri telah telanjur diucapkan dan tak boleh dilanggar, maka sang putri harus menikahi anjingnya hingga membuat raja murka dan mengutuk perkampungan tersebut menjadi batu.

Anjing dan peralatan tenun tersebut juga hingga kini masih ada dan menjadi batu. "Dulu di sini memang perkampungan yang dikutuk dan ini cerita yang diwariskan secara turun-temurun," kata Yasin, kepala desa (Kades) setempat.

Sayangnya, goa ini tak mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Terbukti dengan banyaknya sampah plastik yang dibawa oleh pengunjung dan berserakan di lantai goa, serta tak adanya petugas khusus yang menjaga dan merawat goa ini. Padahal, setiap harinya, goa ini dikunjungi oleh ratusan warga, bahkan ribuan jika hari libur tiba.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Komodo Pulang Kampung, Wujud Pelestarian Ikon Pariwisata Labuan Bajo

Komodo Pulang Kampung, Wujud Pelestarian Ikon Pariwisata Labuan Bajo

Travel Update
6,31 Juta Jumlah Wisman per Juli, Kemenparekraf Optimis Target 2023 Tercapai

6,31 Juta Jumlah Wisman per Juli, Kemenparekraf Optimis Target 2023 Tercapai

Hotel Story
Puncak Tertinggi di Arab Saudi Akan Jadi Tempat Wisata Baru

Puncak Tertinggi di Arab Saudi Akan Jadi Tempat Wisata Baru

Travel Update
Tiket Pesawat Mahal Jadi Hambatan Turis Asal China ke Indonesia

Tiket Pesawat Mahal Jadi Hambatan Turis Asal China ke Indonesia

Travel Update
PHRI Akan Luncurkan Aplikasi Pesan Hotel Online, Diklaim Lebih Murah

PHRI Akan Luncurkan Aplikasi Pesan Hotel Online, Diklaim Lebih Murah

Travel Update
6 Tips ke Lapangan Banteng, Bawa Bekal dan Datang Sore

6 Tips ke Lapangan Banteng, Bawa Bekal dan Datang Sore

Hotel Story
Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Jalan Jalan
Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Travel Update
Kawasan Gunung Bromo Akan Direboisasi pada 2024

Kawasan Gunung Bromo Akan Direboisasi pada 2024

Travel Update
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya Ditutup sampai 1 Oktober

Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya Ditutup sampai 1 Oktober

Travel Update
Jelang MotoGP Mandalika 2023, Jumlah Hotel di Mandalika Masih Kurang

Jelang MotoGP Mandalika 2023, Jumlah Hotel di Mandalika Masih Kurang

Travel Update
Panduan Wisata Safari Beach Jateng di Batang

Panduan Wisata Safari Beach Jateng di Batang

Jalan Jalan
Dampak Kebakaran Bromo, Kerugian Capai Rp 89,76 Miliar

Dampak Kebakaran Bromo, Kerugian Capai Rp 89,76 Miliar

Travel Update
5 Aktivitas di Jakarta Architecture Festival 2023, Lihat Pemandangan dari Ketinggian

5 Aktivitas di Jakarta Architecture Festival 2023, Lihat Pemandangan dari Ketinggian

Travel Tips
5 Tips Berkunjung ke Museum Petilasan Mbah Maridjan, Sekalian Lava Tour

5 Tips Berkunjung ke Museum Petilasan Mbah Maridjan, Sekalian Lava Tour

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com