Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krakow, Batu-batu Kecil di Pemakaman

Kompas.com - 03/02/2014, 10:52 WIB
MENUMPANG kereta api selama sekitar tiga jam dari Warsawa, ibu kota Polandia, ke kota Krakow, pada suatu pagi di bulan Desember 2013, hanya pemandangan kelabu yang tampak dari jendela. Ranting-ranting pohon yang menggundul dan angin yang bertiup dingin rupanya membuat warga enggan bepergian.

Kelabu dan dinginnya cuaca seakan tersapu ketika kami menginjakkan kaki di stasiun kereta api di Krakow. Marta Chmielowska, guru sejarah di sekolah dasar di Krakow, yang pagi itu menjadi pemandu, menyongsong kami dengan senyum lebar dan wajah bersahabat.

Dia meminta kami bergegas agar semakin banyak obyek wisata yang bisa didatangi. Maklum, di bulan Desember, gelapnya malam lebih cepat datang di salah satu kota tua di Polandia itu.

Krakow, menurut Marta, menjadi salah satu tujuan wisata utama di Eropa. Kota ini juga menjadi salah satu kota yang dilindungi UNESCO. Dibandingkan dengan Warsawa, Krakow disebut-sebut lebih banyak menyimpan bangunan bersejarah.

Tak seperti kota lain di Polandia yang pernah dikuasai Nazi, Krakow relatif tak mengalami kerusakan yang berarti. Oleh karena itulah, di kawasan kota tua Krakow masih banyak bangunan orisinal berusia ratusan tahun.

”Usia kota ini sudah lebih dari 500 tahun. Pada masa lalu Krakow adalah pusat pemerintahan Polandia, sebelum dipindahkan ke Warsawa,” kata Marta, ibu dua anak ini.

”Schindler’s List”

Marta lalu membawa kami ke kawasan Szeroka. Kawasan ini menjadi tempat permukiman orang Yahudi Polandia di masa lalu. Meski tak seluruhnya merupakan bangunan asli, tetapi cerita Marta, Synagoge Remu Krakow di Szeroka ini sudah ada sejak pertengahan tahun 1500-an.

Meski tak lagi menjadi permukiman orang Yahudi, namun bentuk bangunan lama di Szeroka tetap dipertahankan. Bangunan bekas sinagoge misalnya, dijadikan semacam museum. Interior dibuat menyerupai sinagoge di masa lalu. Bahkan beberapa benda, seperti kursi kayu misalnya, diyakini asli dan pada masanya digunakan para rabi untuk berdoa.

Terletak berdampingan dengan sinagoge tua ini, Marta mengajak kami ke pemakaman Yahudi. Pemakaman tua ini pun dipertahankan sebagai salah satu bukti sejarah Yahudi di Polandia, dan menjadi obyek turisme.

”Di sini dikuburkan beberapa rabi, juga orang Yahudi yang tak diketahui namanya. Bila umumnya orang mendatangi pemakaman dengan membawa bunga, di sini orang yang datang meletakkan batu-batu kecil di atas pusara,” kata Marta. Ia lalu menunjuk sebagian dinding pemakaman yang bertuliskan nama-nama yang diyakini sebagai korban Nazi.

Szeroka menjadi salah satu tempat lokasi pengambilan gambar Schindler’s List (1993) arahan sutradara Steven Spielberg, yang meraih penghargaan Oscar. Film ini diangkat dari kisah hidup Oskar Schindler. Berkebangsaan Jerman, Schindler menyelamatkan nyawa ribuan orang Yahudi pada Perang Dunia II.

Saat Nazi menduduki Polandia, Schindler mendirikan pabrik di Krakow. Dia mempekerjakan ribuan orang Yahudi sebagai buruh, agar mereka tak dikirim ke kamp konsentrasi.

Masih berkaitan dengan Nazi, Marta menunjukkan beberapa tempat di Krakow di mana banyak orang Yahudi dibiarkan mati kelaparan maupun dibunuh. Salah satunya perkampungan Yahudi yang disebut Ghetto.

Monumen untuk mengenang orang Yahudi yang menjadi korban Nazi juga ada di kawasan Podgorze. Di area terbuka itu, diletakkan 70 kursi kayu tinggi. ”Kursi itu merepresentasikan mebel yang ditinggal pemiliknya, orang Yahudi yang tewas,” ujar Marta.
Kastil Royal Wawel

Meninggalkan kisah kelabu sejarah Yahudi di Polandia, Marta mengajak kami menjelajahi Kastil Royal Wawel. Kastil yang berusia lebih dari 500 tahun itu menjadi salah satu penanda peradaban lama di Krakow.

Untuk mencapai kastil, kami melewati banyak anak tangga, karena bangunan yang dikelilingi benteng dengan menara di beberapa bagiannya itu terletak di bukit. Bangunan-bangunan di kompleks kastil ini relatif terpelihara.

”Bentuk dan fungsinya serupa dengan kastil yang umumnya terdapat di Eropa. Selain bangunan utama dan bangunan pendukungnya, juga ada taman yang luas dan gereja,” kata Marta tentang kastil yang selain menjadi obyek wisata juga difungsikan sebagai museum seni ini.

Katedral Wawel menjadi salah satu bangunan yang banyak dikunjungi orang. Marta bercerita, jasad beberapa raja maupun pemimpin gereja dikuburkan di sini. Sebagai penanda adalah nisan berbahan baku marmer yang dipahat sedemikian rupa.

Perjalanan kami di Krakow berakhir di alun-alun yang dikelilingi bangunan tua. Salah satunya Gereja St Mary. Alun-alun inilah jantung Krakow. ”Ini kawasan populer bagi warga untuk berkumpul, juga menjadi tempat pertemuan yang disukai banyak turis,” katanya.

Awal Desember lalu, di alun-alun ini banyak kedai menjajakan berbagai produk, sebagian merupakan produk kerajinan tangan seperti rajutan, mulai dari kaus tangan, topi, sampai jaket, kue basah maupun kue kering buatan rumahan, berbagai produk keju, minuman anggur, sampai produk olahan dari daging hewan.

”Pasar di sini berlangsung mulai akhir November sampai akhir Desember. Cobalah makanannya, semuanya khas Krakow,” kata Marta tentang pasar dadakan, yang disebutnya salah satu pasar terindah di Eropa menjelang Natal dan Tahun Baru.

Perlahan-lahan langit mulai gelap, ia memberi tanda berkumpul dengan kode bunyi terompet dari salah satu menara Gereja St Mary.

”Terompet yang berbunyi setiap jam itu akan berhenti mendadak. Ini berkaitan dengan kisah tentang peniup terompet dari menara gereja yang mati karena dipanah bangsa Tatar,” cerita Marta tentang legenda peniup terompet yang tetap dihidupkan hingga kini. (Chris Pudjiastuti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com