Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Kisah Monumen Pecah Kulit di Museum Taman Prasasti

Kompas.com - 10/03/2014, 11:14 WIB
Nicky Aulia Widadio

Penulis

KOMPAS.com – Di Museum Taman Prasasti Jakarta, tampak sebuah monumen berdiri kokoh. Di atasnya, terdapat tengkorak yang tertancap pada ujung tombak. Di dinding monumen, tertulis kalimat dalam bahasa Belanda dan bahasa Jawa.

“Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan pada si jahil terhadap negara yang telah dihukum Pieter Erberveld. Dilarang mendirikan rumah, membangun dengan kayu, meletakan batu bata dan menanam apapun di tempat ini, sekarang dan selama-lamanya. Batavia, 14 April 1722”.

Tulisan tersebut bercerita mengenai asal muasal sang monumen, sebagai peringatan atas hukuman yang dijatuhkan pada pemberontak Belanda di masa lalu. Monumen ini sungguh membawa saya ke dalam rasa penasaran atas peristiwa yang menjadi asal muasalnya. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan peristiwa pecah kulit.

Pieter Elberverd adalah keturunan Indo dan merupakan tuan tanah kaya raya yang tinggal di kawasan Pangeran Jayakarta. Suatu waktu, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) sebagai pihak yang berkuasa ingin memperluas wilayah dan menyita tanah-tanah di Batavia, termasuk tanah milik Pieter Elberverd. Tanah-tanah tersebut disita tanpa adanya ganti rugi.

Tidak terima dengan hal tersebut, Pieter Elberverd pun merencanakan pemberontakan. “Kebetulan pada saat itu, banyak pemberontak lokal. Elberverd dan para pemberontak tersebut merencanakan kudeta,” cerita Aji, pemandu dari Komunitas Love Our Heritage (LOH).

Pemberontakan direncanakan saat perayaan tahun baru, ketika pihak Belanda sedang bersenang-senang merayakan pergantian tahun hingga mabuk. Sayangnya, rencana pemberontakan mereka dibocorkan oleh pembantu Pieter Elberverd sendiri.

Menjelang perayaan tahun baru, Elberverd dan rekan-rekannya justru ditangkap terlebih dahulu oleh pihak VOC. Mereka pun diberi hukuman yang keji karena telah memberontak.

Kedua tangan dan kaki mereka diikat pada tali tambang. Keempat ujung tali tambang kemudian diikatkan pada kuda-kuda pilihan yang sangat kuat. Kemudian, kuda-kuda tersebut dilecut hingga berlari ke arah-arah yang berlawanan. Badan Elberverd dan rekan-rekannya pun terkoyak. Daging mereka terburai, kulit mereka pecah. Itu lah mengapa peristiwa tersebut diberi nama peristiwa pecah kulit.

“Itu lah hukuman yang diberikan oleh Belanda terhadap siapa pun yang memberontak. Setelah hukuman tersebut, dibangun lah monumen peringatan atas peristiwa tersebut oleh Belanda. Ada tengkorak, karena kepala mereka juga dipenggal,” jelas Aji.

Monumen perisitiwa pecah kulit hanya lah satu dari sekian banyak prasasti bersejarah yang terdapat di Museum Taman Prasasti. Sebagai tempat pemakaman pertama di dunia, museum ini menyimpan nisan dari makam isteri Thomas Stamford Rafless, peti jenazah Soekarno dan Hatta, monumen peringatan Soe Hok Gie, dan banyak prasasti lainnya.

Di sini, patung dan nisan bergaya Eropa menjadi pemandangan biasa. Menjadikan Museum Taman Prasasti berbeda dengan museum maupun taman pemakaman lainnya di Jakarta. Menggambarkan peradaban kolonialisme yang tersisa di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com