Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihat Jakarta Sama ”Mpok Siti”

Kompas.com - 12/03/2014, 09:10 WIB
PEMANDANGAN di pusat kota Jakarta barangkali bukan sesuatu yang istimewa bagi warga Jakarta ataupun pekerja komuter. Namun, bagaimana jika melihat Jakarta bersama Mpok Siti, si bus tingkat yang berjalan perlahan melintasi Bundaran HI-Juanda-Jalan Pos-Jalan Veteran-Balai Kota-hingga Jalan MH Thamrin?

Di atas bus tingkat ini, pandangan mata bisa lebih tinggi dibandingkan jika kita mengendarai kendaraan pribadi atau bus lain. Dengan laju yang dibatasi sekitar 20 kilometer per jam, penumpang diajak menikmati detail kota.

Jika berminat naik bus ini, tunggulah di halte-halte khusus bertanda City Tour. Ada sembilan halte pemberhentian bus berwarna kuning-ungu ini.

Di sekitar lokasi halte pemberhentian bus Mpok Siti ini ada sejumlah tempat yang menarik dikunjungi sebagai obyek wisata.

Di Halte Balai Kota, keberadaan kantor gubernur DKI Jakarta merupakan salah satu daya tarik. Gedung aslinya dibangun pada abad ke-19. Awalnya, gedung ini dijadikan rumah wali kota sekaligus kantor pemerintahan. Setelah disediakan rumah dinas gubernur DKI, bangunan bercat putih di Jalan Medan Merdeka Selatan itu dijadikan kantor gubernur DKI dan jajarannya.

Selepas dari Balai Kota, bus melaju ke Jalan MH Thamrin. Patung sosok MH Thamrin terpasang menghadap patung Arjuna Wijaya. Thamrin yang merupakan anggota Dewan Kota Batavia (Gemeenteraad) dan dilanjutkan sebagai Dewan Rakyat (Volksraad) menggagas perbaikan sanitasi dan saluran air di Jakarta.

Di Jalan MH Thamrin, berdiri gedung Sarinah, sebuah pusat perbelanjaan modern pertama yang ada di Jakarta, sekaligus gedung tinggi pertama yang dibangun di Jakarta.

Kini, sejumlah pusat perbelanjaan lain muncul di sekitar Sarinah. Sebut saja Plaza Indonesia, Grand Indonesia, EX, dan Thamrin City.

Jika tertarik dengan benda-benda bersejarah, berhentilah di halte Museum Nasional. Museum yang kerap menjadi tujuan turis mancanegara itu memiliki ratusan koleksi, mulai dari prasasti, koleksi kain, hingga benda-benda yang digunakan dalam tradisi suku-suku di Indonesia.

Sukri, staf publikasi museum, menyarankan, jika tidak punya waktu banyak untuk berkeliling museum, paling tidak ada dua hal yang bisa disiasati.

Pertama, datangi koleksi museum yang terkait dengan asal usul suku kita untuk mengetahui sejarah dan jati diri kita.

”Misalnya, kita suku Sunda, datangilah koleksi terkait suku Sunda atau koleksi dari tanah Jawa Barat. Dengan begitu, kita bisa mempelajari bagaimana suku kita menjadi bagian bermakna dari terbentuknya Nusantara dan kebudayaan Indonesia,” tuturnya.

Kedua, abadikanlah tiga koleksi Museum Nasional yang menjadi ciri khas, yakni patung Gajah di halaman museum, arca Nandi, dan arca Bayrawa.

Untuk menikmati koleksi museum, harga karcis tanda masuk sangat terjangkau, yakni Rp 5.000 untuk orang dewasa, Rp 2.000 untuk anak-anak, dan Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara.

Jika perut lapar, pilihan untuk turun di Halte Juanda ANZ menjadi pilihan menarik. Sebab, lokasi halte ini dekat dengan kawasan Pecenongan yang masyhur sebagai salah satu pusat kuliner. Beberapa menu yang bisa diburu di daerah ini adalah bubur dan nasi uduk.

Di halte berikutnya, kita bisa melihat Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) yang dibangun pada abad ke-19. Awalnya, gedung ini dikenal dengan Theater Schouwburg Weltevreden atau Gedung Komedi.

Di sebelah GKJ terdapat kantor pos pusat. Di seberang GKJ, ada pusat perbelanjaan Pasar Baru yang terkenal sebagai tempat penjualan sepatu.

KOMPAS/PRIYOMBODO Bus wisata bertingkat melaju di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (6/3/2014).
Perjalanan bus berikutnya menuju Halte Istiqlal yang berada tepat di sisi Masjid Istiqlal. Tidak jauh dari masjid ini berdiri Gereja Katedral yang juga terdapat museum di dalamnya.

Halte Istiqlal ini juga dekat dengan Stasiun Juanda yang merupakan salah satu perhentian KRL Jabodetabek.

Kawasan selanjutnya yang dituju Mpok Siti adalah seputar Monumen Nasional atau Monas. Baik Halte Istana Negara maupun Monumen Nasional berada di sisi pagar Monas.

Penumpang yang ingin masuk ke kawasan Monas bisa turun di salah satu dari dua halte ini.

Jika beruntung, sepanjang perjalanan dengan Mpok Siti, kita akan disuguhi penjelasan panjang lebar tentang tempat-tempat bersejarah yang dilewati gedung ini. Sayangnya, belum semua pemandu wisata bersedia menjelaskan panjang lebar tentang kisah di sepanjang rute Mpok Siti.

Saat ini, penumpang bus wisata tidak dipungut biaya. Penumpang bisa menunggu bus di halte tersebut dari pukul 09.00 sampai 19.00. Jika ingin nyaman, sebaiknya menghindari naik bus ini pada Sabtu dan Minggu sebab antrean penumpang sangat panjang. (Agnes Rita S dan Ratih P Sudarsono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com