Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Italia, Tradisi yang Mendunia

Kompas.com - 09/06/2014, 09:37 WIB
ITALIA  dengan kesungguhannya menggarap industri makanan dari tradisi mereka. Makanan tradisional diolah dengan keseriusan, dengan tetap menjaga orisinalitas dan rangkaian prosesnya. Namun, kini makanan diproduksi secara modern dan higienis, disesuaikan dengan permintaan pasar, hingga mendapatkan tempat di hati penduduk dunia.

Salah satu produk makanan legendaris yang menonjol dalam pameran industri makanan internasional Cibus 2014 di Parma, Italia, awal Mei lalu, adalah keju parmigiano-reggiano yang bertekstur keras, mirip dengan parmesan, dan dijuluki ”King of Cheese”. Parmigiano berbentuk seperti roda berdiameter sekitar 45 sentimeter, tebal sekitar 25 sentimeter, dengan bobot rata-rata 40 kilogram.

Cara menikmati keju ini sangat unik. Dari bongkahan keju, disediakan alat pencukil kecil untuk membuat potongan kecil keju. Bongkahan kecil parmigiano ini kemudian dimakan dengan madu, atau irisan tipis prosciutto (daging, biasanya paha babi yang telah dikeringkan dan diawetkan), salad, dan wine.

Parmigiano diproduksi hanya di beberapa wilayah di Italia seperti Parma, Reggio Emilia, Modena, juga Bologna yang ditumbuhi tanaman rumput alfalfa, makanan khusus bagi sapi yang susunya digunakan untuk membuat parmigiano. Itu sebabnya, keju ini dinamai parmigiano-regiano yang merujuk pada Parma dan Reggio Emilia.

Salah satu jenis keju terbaik di dunia ini diproduksi dari susu sapi yang makanannya tidak bisa sembarangan. Sapi itu hanya diperbolehkan makan rumput dan tidak boleh makan makanan lain, terutama makanan hasil fermentasi. Awal Mei lalu, atas undangan dari Italian Trade Agency, beberapa wartawan dan importir mendapat kesempatan untuk mengunjungi salah satu produsen parmigiano, Bertinelli, dalam rangkaian Cibus 2014.

Setiap pagi

Produksi keju di perusahaan yang sudah ada sejak tahun 1895 itu dimulai setiap pagi dengan susu sapi yang diperah malam hari sebelumnya dan dicampur dengan susu yang baru saja diperah di pagi hari. Di dalam tong yang terbuat dari tembaga, susu sapi dipanaskan hingga terbentuk dadih yang menjadi bahan utama keju. Dari 1.200 liter susu sapi di tong tersebut, hanya didapat dua roda keju.

Chief Executive Officer (CEO) Bertinelli, Nicola Bertinelli, yang adalah generasi keempat, mengatakan, produksi parmigiano-reggiano sejak abad pertengahan dilakukan secara tradisional dengan tangan oleh para pembuatnya yang pada waktu itu adalah para biarawan. Proses panjang yang menyertainya membuat keju ini sangat kental dengan aroma, rasa, dan sensasi yang khas.

Setelah melewati masa penyimpanan selama minimal satu tahun, keju baru dapat dinilai oleh badan sertifikasi yang akan menentukan apakah keju tersebut layak menjadi parmigiano-reggiano atau tidak. Tesnya dilakukan dengan palu yang dipukul-pukulkan ke seluruh permukaan keju. Jika ada rongga udara, yang menandakan adanya aktivitas bakteri, bunyi palu akan nyaring, dan keju tersebut gagal mendapat cap parmigiano-reggiano sehingga tidak boleh dijual. Kalau sudah begitu, perusahaan akan menelusuri kapan keju itu dibuat, dari mana asal susunya, dan peternaknya akan ditanyai mengenai makanan sapinya.

”Setiap keju terdokumentasi dengan baik. Kami memproduksi 20 roda keju setiap hari dan di tempat penyimpanan ada 7.000 roda keju yang dalam proses pematangan. Kami ingin menciptakan budaya keju, seperti halnya wine (anggur). Semakin lama parmigiano, rasanya juga akan semakin luar biasa,” kata Nicolla.

Menikmati parmigiano, kata Nicolla, harus dengan mengunyah bongkahan kecil keju. Dari proses mengunyah itu, cita rasa keju akan keluar sesuai usianya. Keju berusia 15 bulan, misalnya, masih kental dengan aroma susu. Sementara keju dengan usia 24 bulan mulai terasa fermentasinya meski rasa susu masih menonjol. Sedangkan keju dengan usia 36 bulan jauh lebih matang dengan rasa keju yang lebih kuat.

Selain parmigiano-reggiano, makanan tradisional yang kini diproduksi besar-besaran dan diekspor ke sejumlah negara adalah prosciutto. Terre Ducali adalah salah satu perusahaan yang memproduksi penganan yang dahulu dibuat dengan benar-benar mengandalkan kondisi alam.

Prosciutto atau yang dikenal dengan parma ham adalah daging dari paha belakang babi yang dikeringkan dan diawetkan dalam proses selama satu hingga dua tahun.

”Kakek saya dulu membuat ham pada musim dingin dan kemudian didiamkan melalui musim-musim lain. Tetapi saat ini tidak mungkin, kami harus merekayasa suhu, kelembaban udara di dalam ruangan agar mirip seperti melalui musim yang sesungguhnya,” kata Giorgio Gherri, salah satu penerus Terre Ducali.

Paha babi yang sudah dipotong kemudian dilumuri garam dan dipijat menggunakan mesin pemijat. Mesin pemijat ini akan membuat daging menjadi lebih empuk sekaligus mengeluarkan darah dari dalam daging. Setelah dipijat, daging didiamkan selama 21 hari, dan butiran garam kemudian dibersihkan setelah meresap ke dalam daging.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com