Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Italia, Tradisi yang Mendunia

Kompas.com - 09/06/2014, 09:37 WIB

”Kami tidak memberi bahan tambahan apa pun dalam pembuatan prosciutto ini. Resepnya hanya dua, yaitu garam dan waktu,” kata Giorgio. Kemudian daging digantung dan didiamkan di ruangan musim dingin dengan suhu 1-4 derajat celsius selama 110 hari untuk menekan bakteri dan mengeringkannya.

Setelah musim dingin, daging kemudian masuk ke ruang musim semi, musim panas, hingga benar-benar kering. Pada proses akhir, bagian luar daging yang tidak terlindungi lapisan kulit akan diberi lapisan suna yang terdiri dari tepung beras dan garam untuk mencegah kontaminasi dari luar serta untuk menjaga kelembutan daging. Idealnya, daging menjalani seluruh proses minimal 12 bulan sebelum dicek kualitasnya oleh Parma Ham Department yang akan memberi cap parma ham.

”Walaupun waktu minimal yang dibutuhkan untuk mendapat parma ham berkualitas adalah 12 bulan, kami membuat minimal 18 bulan dan untuk kualitas terbaik waktu yang dibutuhkan mencapai 24 bulan,” kata Giorgio.

Perusahaan itu kini memproduksi 60.000 ham per tahun, di luar produk olahan daging lain seperti salami. Sebagian besar produknya juga telah diekspor ke sejumlah negara di Eropa, Amerika, dan negara Asia, seperti Jepang dan Hongkong.

Pasta mendunia

Makanan Italia lain yang juga sangat dikenal dunia adalah pasta. Begitu melekatnya tradisi, perusahaan produsen pasta beku terbesar di Italia, Surgital, memiliki tagline building on tradition atau membangun tradisi. Pasta, sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Italia, mulai dilirik sebagai usaha yang potensial oleh Romana Tamburini pada tahun 1980 di Emilia Rogmana.

Romana bersama suaminya, Edoardo Bacchini, mulai membuat pasta dengan tangan dan menjualnya ke sejumlah restoran dalam bentuk beku. Dalam perjalanannya, seiring dengan permintaan yang semakin tinggi, produksi menggunakan mesin pun dimulai dan Bacchini mematenkan mesin untuk memproduksi salah satu jenis pasta, garganelli romagnoli.

Di Italia, yang merupakan surga makanan enak, orang lebih suka mengonsumsi pasta segar. Bagaimana orang membuat adonan kulit pasta dan mengisinya dengan berbagai macam isian, misalnya keju, sayuran, dan daging, untuk pasta seperti ravioli dan tortelini merupakan seni tersendiri. Pasta juga harus dimasak sesaat sebelum disajikan dan harus al dente (kurang matang).

”Karena itu, kami membuat pasta segar beku sehingga tingkat kesegaran pasta saat tiba di konsumen seperti baru dibuat. Konsumen hanya tinggal merebus pasta di rumah atau restoran mereka dan menyajikannya,” kata Area Manager Germany Surgital, Dietmar Brinkmann.

Hingga kini, perusahaan itu terus berkembang hingga memproduksi 135 ton pasta segar beku per hari dengan sekitar 200 varian, 60.000 kemasan pasta siap makan, juga delapan ton saus pasta berbentuk pellet yang siap makan dengan hanya dipanaskan. Produk-produk itu dipasarkan di berbagai belahan dunia, mulai Italia, Perancis, Jerman, Finlandia, Amerika Serikat, Ceko, Jepang, Australia, Uni Emirat Arab, Selandia Baru, Singapura, Hongkong, dan Brasil.

Masih banyak lagi makanan tradisional Italia yang dikenal dunia, seperti piza dan gelato. Dalam perjalanannya, muncul pula makanan penutup yang juga segera booming di dunia, yaitu tiramisu yang mulai dikenal tahun 1960-an. Semua dikembangkan dengan kecintaan dan dengan standar yang ketat hingga saat dicicip yang terasa hanyalah delizioso... (Amanda Putri Nugraheni)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com