Pada bulan gelap, seperti pada awal bulan Mei lalu, ikan laut melimpah di warung Kota Gadang di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang dikelola pasangan suami-istri John Henry (38) dan Dona Herianti (35). Ikan-ikan itu langsung dikirim dari tangan nelayan tangguh suku Mandar yang berlabuh di Pulau Batoa, Polman. Hanya berjarak lebih kurang 1 kilometer dari pantai, ikan di warung ini selalu ludes terjual setiap hari.
”Kalau terang bulan, ikan mahal, tapi banjir cumi dan udang. Kalau bulan gelap, semua nelayan turun melaut, ikan melimpah dan murah. Ikan ini sudah pilihan semua, enak semua,” kata Henry.
Ketika musim banjir ikan, ikan kaneke, misalnya, bisa diperoleh dengan harga murah mulai Rp 25.000 per ekor. Harga ikan bervariasi, tergantung dari jenis dan ukuran. Harga ikan bisa melonjak beberapa kali lipat ketika memasuki terang bulan. Kala masa paceklik ikan tiba, Henry harus menjemput bola mencari ikan di pasar-pasar tradisional.
Begitu tiba di warung, puluhan jenis ikan laut segar disajikan dalam boks-boks berisi es kering. Dengan penyimpanan es kering, tanpa proses pembekuan, kesegaran ikan tetap terjaga. Konsumen yang tak putus-putus berdatangan dari pagi hingga malam hari dengan leluasa bisa memilih beragam jenis ikan laut, seperti ikan kaneke, sunu, baronang, kakap merah, atau napoleon. Tinggal tunjuk, maka ikan beragam jenis dan ukuran itu bisa segera diolah dengan dua cara, yaitu digoreng atau dibakar.
Ikan bakar menjadi menu yang paling disukai karena dibakar di atas arang tempurung kelapa. Arang tempurung kelapa tidak mengeluarkan banyak asap dan menambah cita rasa gurih pada ikan.
Karena diolah dalam kondisi segar, ikan bakar yang dibumbui dengan serai, bawang merah, bawang putih, dan kemiri ini terasa begitu gurih di luar dan lembut di bagian dalamnya. Proses membakar hanya butuh waktu sepuluh menit. Api terlebih dulu dihidupkan dengan blower sebelum arang dikipasi dengan kipas anyaman bambu.
Meski sudah 13 tahun berjualan ikan laut, Henry belum menurunkan tulisan warung nasi padang yang masih melekat di spanduk depan warung. ”Masakan Padang-nya enggak jalan. Malah lebih laris ikan. Kecuali kalau ada yang pesan, baru kami bikin rendang padang,” tambah Dona.
Peninggalan cita rasa Padang masih dipertahankan lewat olahan sayur singkong yang dalam bahasa suku Mandar disebut sebagai deyutettu. Daun singkong yang sudah ditumbuk halus dibumbui dengan daun bawang, kunyit, serai, bawang merah, merica, dan bawang putih.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.