Dia mengaku tradisi membuat jenang suro dan membagi-bagikannya sudah dilakukan keluarganya secara turun temurun. "Ini merupakan bentuk syukur sudah masuk ke tahun baru. Terus juga untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga. Biasanya sebelum dibagi-bagikan didoakan dulu biar semuanya selamat dan dijauhkan dari bencana," jelasnya.
Jenang suro hampir sama dengan bubur ayam. Masripah mencampur santan dengan beras dan memasaknya hingga matang. "Dicampur santan biar gurih dan harus terus diaduk beberapa lama agar tidak gosong," katanya.
Setelah matang, jenang suro disajikan dengan pelengkap ayam suwir, kacang goreng, tahu dan tempe yang digoreng dan dipotong-potong kecil, serta telur dadar. "Lalu disiram dengan kuah kare kuning dan dikasih rajangan daun jeruk agar aromanya lebih sedap dan wangi," katanya.
Sayang, tradisi membuat jenang suro dan membagi-bagikannya ke tetangga dan saudara sudah mulai luntur. Di lingkungannya sendiri, Masripah mengaku hanya dirinya yang membuat jenang suro. "Kalau dulu wah akan banyak piring jenang suro karena tetangga dan saudara juga membuat jenang suro di hari yang sama, ya di tanggal satu suro seperti hari ini. Kalau sekarang? Di sini saja tinggal saya yang buat," jelasnya.
Tertarik? Anda bisa membuatnya sendiri di rumah dan menyajikannya di meja makan serta membagi-bagikannya kepada keluarga dan juga tetangga. Rasa bubur yang lembut bercampur dengan gurihnya kuah kare akan menyatu dan membuat kita makan lagi dan lagi. Tentunya nilai baiknya kita bisa menjalin silaturahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.