Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata "Gurilaps" Sukabumi nan Menawan

Kompas.com - 02/11/2014, 13:42 WIB
SUKABUMI punya potensi wisata luar biasa. Betapa tidak, Sukabumi menawarkan pesona alam menawan mulai dari gunung, rimba, laut, pantai, dan sungai, yang oleh orang setempat disingkat ”gurilaps”. Lokasinya yang relatif dekat dari Jakarta menjadikan daerah ini pilihan alternatif wisata warga Ibu Kota.

Keelokan alam Sukabumi seperti melegitimasi guyonan yang kerap terdengar selama ini: ”Tuhan menciptakan alam Priangan dalam keadaan tersenyum....” Daerah yang bertetangga dengan Kabupaten Bogor ini layak disebut surganya para pelancong. Lokasi populer, misalnya Pantai Pelabuhan Ratu, Sungai Citarik, Sungai Citatih, Kawah Ratu, Taman Rekreasi Selabintana, dan Taman Nasional Gede-Pangrango. Namun, masih banyak lokasi lain bisa menjadi alternatif.

Sebut misalnya Goa Buniayu yang terletak sekitar 26 kilometer selatan pusat Kota Sukabumi di Kecamatan Nyalindung. Selain itu, juga ada kawasan Ciletuh, yang tengah diusulkan menjadi geopark.

Menjajal Buniayu ternyata tidak mengecewakan. Rindangnya pohon pinus dan mahoni mengusir udara panas di kawasan karst yang dikelola Perhutani itu. Berisiknya rombongan monyet seperti menyambut rombongan manusia yang hendak masuk ke mulut goa.

”Jangan takut! Mereka tidak mengganggu,” kata Alex Atmadikara, pemandu goa yang mengantar wisatawan menelusuri goa.

”Ini goa minat umum, tidak perlu peralatan khusus untuk menyusurinya, hanya lampu sama helm saja, panjangnya hanya sekitar 300 meter,” katanya.

”Kalau yang goa minat khusus, pintunya vertikal, harus turun ke dasar goa dengan SRT (single rope technique) sebelum penelusuran,” tambahnya lagi.

Perlahan, pengunjung berjalan menyusuri lorong goa. Alex pun mulai menjelaskan soal kisah Goa Buniayu. Dulunya, sebagian menyebutnya sebagai Goa Siluman. ”Goa ini pernah dipakai shooting film ’Si Buta dari Goa Hantu’,” ujarnya.

Setelah Perum Perhutani mengelola kawasan karst ini, nama goa itu menjadi Goa Buniayu sejak 1991. Buniayu artinya kecantikan yang tersembunyi. Hutan di kawasan karst itu dipenuhi pohon pinus, mahoni, dan kaliandra.

Goa ini pertama kali disusuri pada 1982 oleh ahli goa Indonesia, Dr RKT Kho, bersama penelusur dari Federasi Speleologi Perancis, George Robert, Arnoult Seveau dan Michel Chassier. Penelusuran sekaligus pemetaan pada tahun-tahun berikutnya kian mengungkap jaringan goa ini. ”Jaringan goa ini memiliki lebih dari 60 pintu. Yang kita masuki ini salah satunya,” ujar Alex.

Sambil menikmati keindahan stalaktit dan stalagmit, wisatawan bisa belajar banyak mengenai ekosistem goa dari pemandu. ”Ada tiga zona goa, zona terang, senja, dan zona gelap abadi, masing-masing dihuni biota yang berbeda,” kata Alex.

Perjalanan ke perut bumi itu dari mulut goa yang masuk zona terang, di mana biota dan situasinya mirip dengan kehidupan di luar goa. Mulut goa setinggi rumah, dipenuhi ornamen yang indah.

Ornamen goa bentuknya beragam, ada yang berbentuk air terjun, menara, dan gundukan gunung kecil. Pembentukannya lewat proses alam ribuan tahun.

Berikutnya adalah zona senja, di mana cahaya lebih gelap dengan biota yang berbeda. Sejenis serangga dengan antena panjang terlihat selain kepak kelelawar. Zona terakhir, yakni zona gelap, tempat kegelapan abadi bersemayam. Biota yang hidup di zona ini semua buta.

Alex meminta cahaya lampu dimatikan. ”Pet!” Gelap gulita tak terlihat apa pun. Bahkan, telunjuk tangan tepat di depan hidung pun tak terlihat.

Panduan pelancong

Ada sejumlah operator yang menyediakan paket wisata di Buniayu. Salah satu operator itu adalah Wawan, warga setempat yang menyediakan paket wisata mulai Rp 275.000 per orang. Peserta paket ini mendapatkan makan tiga kali, sarana transportasi dari Sukabumi, penginapan di saung, dan pinjaman sepatu bot, helm, serta lampu.

Kawasan wisata yang masih relatif tersembunyi adalah Ciletuh, sebuah kawasan yang tengah diusulkan menjadi geopark atau taman bumi. Kawasan ini di antaranya terletak di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Masih sangat sedikit informasi resmi mengenai Ciletuh. Bahkan, di situs resmi Kabupaten Sukabumi pun tidak ditampilkan tentang Ciletuh.

Selain blog para pelancong, informasi yang relatif lengkap mengenai kawasan wisata ini adalah dari Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi (PAPSI) yang mengelola wisata di geopark Ciletuh. Dalam blog-nya (http://paguyubanalampakidulansukabumi.blogspot.com), PAPSI yang beralamat di Jalan Raya Tamanjaya, Kecamatan Ciemas menawarkan paket wisata.

Disebutkan, kawasan Ciletuh menyingkap kelompok batuan berumur paling tua di Pulau Jawa, menjadikan geologi daerah ini unik. Jenis batuan yang berumur pra-tersier atau zaman kapur, sekitar 55-65 juta tahun lalu. Tempat wisata lain misalnya Pantai Cimaja, Pantai Ujung Genteng, dan Situ Gunung.

Berbagai kawasan wisata ”gurilaps” itu dapat dikunjungi setiap saat. Dari Jakarta ke Sukabumi kemudian menuju lokasi wisata bisa menggunakan angkutan umum atau pribadi.

Dengan angkutan umum, ada bus jurusan Lebak Bulus-Sukabumi. Jalur utama menuju Sukabumi, paling ramai melalui Ciawi. Rute ini sangat macet! Sebaiknya menggunakan angkutan bebas macet, yakni kereta api dari Bogor. Jadwal keberangkatan kereta Bogor ke Sukabumi tiga kali sehari, yakni pukul 07.55, 13.25, dan 18.30.

Selamat bertualang! (Andy Riza Hidayat dan Prasetyo Eko P)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com