Bumi Blambangan rupanya tak puas hanya sekadar menjadi lumbung padi. Karenanya kabupaten yang disebut dengan The Sunrise of Java ini tak mau berdiam diri, dan seakan tak mau kalah dengan tetangganya, Bali, Banyuwangi ternyata juga punya segudang potensi pariwisata yang sudah tersohor ke penjuru dunia.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diketahui tengah serius menggenjot beragam potensi wisata yang ada di Bumi Blambangan. Beberapa destinasi semakin diminati wisatawan. Sebut saja destinasi seperti Pulau Merah dan Kawah Ijen.
Namun, yang tak kalah menarik tentunya destinasi di Kalibaru yang mengandalkan wisata perkebunan dan wisata lori, kereta api kecil. Meski saat ini Kalibaru terkesan ‘tenggelam’ dengan pengembangan wisata di kawasan Kawah Ijen atau Pulau Merah, namun daya tarik wilayah yang menjadi gerbang ke Bumi Blambangan dari arah barat ini akan membuat yang berkunjung ke Kalibaru tercengang dan ketagihan.
Ya, Kalibaru menawarkan pesona alam yang mengundang decak kagum. Kecamatan yang letaknya di paling barat Banyuwangi ini sudah lama dikenal menjadi pintu masuk ke Kabupaten Banyuwangi dari arah barat melalui jalur selatan yang melewati Kabupaten Jember.
Sebelum masuk wilayah Kalibaru melalui jalan darat dengan menggunakan mobil atau motor dari arah Jember, di daerah Gunung Gumitir pengunjung disambut patung seorang perempuan penari gandrung, tarian khas Bumi Blambangan.
Bahkan, pagi hari pun sering turun kabut sehingga udara dingin gunung mirip di negara-negara empat musim menjadi daya tarik tersendiri yang bisa memikat turis asing. Udara dingin yang biasa menyergap penduduk di sini, berkisar 20 hingga 28 derajat Celcius bisa jadi cocok untuk menjadi pilihan masyarakat urban yang tinggal di kota-kota besar memutuskan berlibur melepas penat dari rutinitas dan bisingnya kehidupan kota besar.
Karena dikelilingi gunung, lahannya banyak digunakan untuk perkebunan dan hutan. Tanaman yang dibudidayakan antara lain kopi, coklat, karet, teh, dan pinus. Yang menarik, ada patung tangan yang menggenggam coklat.
Tak hanya itu, hamparan sawah juga menjadi pemandangan tersendiri bagi wisatawan, khususnya yang datang dari kota besar, seperti Jakarta. Bahkan, wisatawan mancanegara dengan menumpang delman berkeliling Kalibaru menikmati pemandangan alam.
Suasana alam yang asri menbuat banyak wisatawan betah. Diperkirakan lahan yang dipakai untuk hunian penduduk berkisar 40 persen dari seluruh wilayah di Kalibaru. Sudah sejak lama wisatawan asing, khususnya dari Belanda datang ke Kalibaru.
Tak ketinggalan ada juga yang dari Belgia. Mereka biasanya datang tidak sendiri, melainkan bersama dengan keluarga. Bagi wisatawan dari Negeri Kincir Angin, kehadirannya di Kalibaru merupakan kunjungan napak tilas prestasi yang telah dilakukan para leluhurnya.
“Kalibaru juga masih ada tempat wisata yang tak kalah menarik, yakni Air Terjun Wonorejo,” ucapnya, Jumat (7/11/2014).
Hadi menambahkan, Kalibaru termasuk rute yang dilewati pebalap sepeda yang ikut dalam Tour Banyuwangi de Ijen 2014.
Wisata Peninggalan Belanda
Hadi menuturkan, di Kalibaru juga ada Terowongan Kereta Api Merawan, bangunan bersejarah peninggalan zaman Belanda. Ia menjelaskan, terowongan kereta api ini menjadi destinasi wisata yang digemari sebab menikmatinya dengan menggunakan lori, sejenis kereta api kecil.
“Terowongan kereta api ini ada di bawah jalan raya Banyuwangi-Jember, dengan ketinggian dari terowongan hingga ke jalan raya sekitar 175 m. Terowongan tersebut menghubungkan Stasiun KA Kalibaru-Merawan-Garahan.
Adapun terowongan ini letaknya sekitar 7,3 kilometer sebelah barat pusat kota (Pasar Kalibaru) di bawah jalan raya yang menghubungkan Banyuwangi-Jember dengan ketinggian sekitar 430 m di atas permukaan laut.
“Konstruksi bangunan berbentuk lengkung yang terbuat dari cor dan susunan batu kali dengan ukuran panjang terowongan 670 meter, tinggi terowongan 4,30 meter, dan lebar terowongan 4,40 meter. Terowongan dikelilingi hutan dan perkebunan kopi rakyat di lereng Gunung Gumitir. Sekitar terowongan terlihat bersih, asri dan terawat yang dilakukan PT KAI dan masyarakat setempat,” paparnya.
“Pemandangan indah di sela-sela perjalanan akan memberikan sentuhan dramatis bagi siapa saja yang ikut wisata lori ini,” ujarnya.
Hadi mengungkapkan, saat berhenti di Stasiun Garahan, pengunjung bisa menikmati kuliner nasi pecel khas Garahan.
“Untuk menikmati semua pesona wisata yang ada di Kalibaru, pastikan untuk menginap agar bisa puas menikmati keindahan Kalibaru. Jika tak bisa menginap, itu artinya belum bisa menikmati keindahan yang sesungguhnya,” tuturnya. (Gabriel Bobby)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.