Nah yang khas adalah tebak yaitu sejenis cendol yang terbuat dari adonan tepung beras ketan dan tepung sagu yang dimasak dengan air garam dan kapur sirih. "Lalu adonan tersebut dicetak seperti cendol tapi lebih keras. Nah untuk es serutnya masih tetap menggunakan yang tradisional. Es batunya dijepit dengan besi dan memiliki roda pemutar disamping yang digerakkan dengan tangan," jelas Uni Dyah sambil memperagakan cara menyerut es kepada Kompas.com.
Rasanya yang manis mampu menghilangkan rasa dahaga jika Anda sedang berbelanja di Pasar Atas Bukittinggi. Uni Dyah mengaku sudah berjualan sekita 10 tahun. Selain Es Tebak, anda juga harus menikmati salah satu minuman khas yang terbuat dari fermentasi susu kerbau yang diletakkan di dalam potongan bambu. Seminggu 3 kali, Uni Dyah mendapatkan kiriman langsung dari pembuatnya di sekitar Agam.
"Orang bilang yogurt padahal dadiah ini bentuknya lebih keras tapi lembut. Cocok sekali jika dimakan dengan ampiang sejenis beras pulut. Nanti disiram dengan es dan gula merah," kata Uni Dyah.
Dia menjelaskan dadiah harus menggunakan susu kerbau, tidak boleh menggunakan susu sapi. "Harus susu kerbau. Biasanya diambil dari susu kerbau yang beranak kecil," katanya.
Rasa dadiah sedikit asam dan cocok jika dipadukan dengan gula merah. Selain itu minuman ini juga cukup mengenyangkan karena ada ampiang yang terbuat dari beras pulut. "Enak tapi sedikit aneh rasanya," kata Meri, wisatawan asal Batam yang sedang menikmati semangkuk Ampiang Dadiah.
Jika Anda berkeinginan membawa dadiah sebagai buah tangan, Anda bisa membelinya di beberapa kedai yang ada di Pasar Atas Bukit Tinggi dengan harga di kisaran Rp 12.000 sampai Rp 15.000 untuk satu bambu. "Satu bambu biasanya untuk dua porsi dan tahan maksimal 5 hari," kata Uni Dyah.
Jadi, untuk Anda yang kebetulan bertugas atau berlibur ke Bukittinggi tanpa mencicip Es Tebak dan Ampiang Dadiah maka Anda belum bisa membanggakan diri pernah berkunjung ke kota kelahiran Bung Hatta tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.