Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lezatnya Ikan Bakar di Pematang Sawah

Kompas.com - 27/02/2015, 13:52 WIB
IKAN bakar berbalur minyak kelapa disantap sembari memandang pematang sawah. Itulah sensasi bersantap di Desa Masbagik, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Di tengah hamparan kolam ikan dan kolam kangkung yang hijau segar, kami duduk lesehan di gazeboyang atapnya bertutup jalinan alang-alang. Sambil menunggu hidangan makan siang datang, kami duduk-duduk mengobrol sambil menatap pemandangan sawah dan buaian gemercik air. Harum ikan bakar sayup-sayup menggoda indera penciuman.

Ibarat sate, nila bakar itu disajikan menggunakan tusukan dari bilah-bilah bambu sepanjang lebih kurang 30 sentimeter. Dari luar, nila bakar terlihat kering dan bersih tanpa bumbu. Namun, saat disobek, daging ikannya yang berwarna putih terasa gurih dan tercecap segar.

Olesan minyak kelapa rupanya menjadi jawabannya. Sebelum dibakar di atas arang, badan ikan yang telah dibersihkan dilumuri campuran minyak kelapa dan garam. Tujuannya, agar ikan tidak gosong saat dibakar. Campuran minyak kelapa dan garam juga sekaligus memberi rasa gurih tetapi tidak menutupi rasa daging ikan nila.

Rasa ikan nila bakar yang gurih semakin lengkap dengan sambal totok yang terbuat dari campuran ulekan cabai, bawang merah, terasi, dan garam. Meski terasa pedas di lidah, seperti sambal khas Lombok, sajian nila bakar sambal totok ini tetap ”mengundang” wisatawan dari Belanda, Jerman, Jepang, Hongkong, dan Malaysia untuk turut mencoba.

Sebagai menu pelengkap, disajikan pula urap sayuran berisi rebusan daun kangkung dan taoge. Cita rasanya tidak terlalu berbeda dengan urap khas Jawa. Bedanya, kangkung asli Lombok terasa lebih renyah dan segar. Cita rasa kangkung yang renyah ini kerap dibanggakan sebagai keunggulan kangkung asal Lombok oleh warganya.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Menu lengkap di Rumah Makan Purnama di Desa Masbagik Utara, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/10/2014).
”Kebetulan, kami menanam sendiri kangkung yang disajikan di sini,” kata Wariadi (36), pemilik Rumah Makan (RM) Purnama. Tangannya menunjuk kolam kangkung tidak jauh dari gazebo tempat kami duduk.

Ada juga pilihan sayur bening dan hidangan ayam bakar/goreng. Sayur bening disajikan dalam paket yang sama dengan ikan nila bakar, sambal totok, dan urap. Namun, untuk memudahkan pelayanan, khusus menu ayam bakar/goreng harus dilakukan melalui pemesanan lebih dahulu. Maklum saja, rumah makan Wariadi memang jarang sepi. Apalagi, saat jam makan siang, orang kerap harus antre untuk bisa duduk bersantap.

Daerah terpencil

Wariadi membuka rumah makan pada 2002. Sebenarnya ia tidak terpikir untuk membuka rumah makan. Harap maklum, lokasi lahan sebenarnya berada di daerah terpencil. Jaraknya mencapai 47 kilometer dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat. Bahkan, di masa lalu daerah itu dikenal sebagai daerah rawan maling (pencuri).

Pada awalnya, Wariadi sekadar membuka kolam ikan di lahan seluas 500 meter persegi. Ia ingin mempraktikkan hasil pendidikannya di sekolah pertanian menengah atas. Sebelum beternak ikan nila, ia mencoba budidaya ikan karper. Namun, serangan penyakit herpes membuatnya beralih ke ikan nila.

Suatu kali, orang-orang yang melintasi kolam ikannya meminta izin agar diperbolehkan memancing. Mereka kemudian juga meminta hasil pancingan mereka untuk diolah menjadi ikan bakar atau goreng. Istri Wariadi, Miayah (33), kemudian memasak ikan-ikan hasil pancingan itu dengan bumbu berbalur minyak kelapa yang serta-merta menjerat lidah para pemancing.

Kelezatan ikan nila olahan Miayah kemudian tersiar ke seluruh desa. Dan segera membuat warga berduyun-duyun ke sana. Dari situlah, Wariadi yang kemudian lulus sarjana perikanan ini mengembangkan usaha menjadi rumah makan pemancingan. Karena alasan kepraktisan, layanan pemancingan kemudian ditutup tahun 2007.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Rumah Makan Purnama di Desa Masbagik Utara, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/10/2014).
Hingga kini ada saja yang terus datang menikmati sajian sedap ikan nila bakar di RM Purnama. Kadang ada pula yang meminta nila goreng meski jumlahnya tidak terlalu banyak. Selain warga sekitar, banyak pula wisatawan dari luar kota yang sengaja datang untuk mencicip ikan bakar barbalur minyak kelapa yang populer itu. ”Padahal, kalau dipikir-pikir, jaraknya cukup jauh kalau dari Mataram,” kata Wariadi.

Jam-jam makan siang atau akhir pekan dan tanggal merah menjadi masa-masa tersibuk. Puncak keramaian terjadi pada bulan Ramadhan dan Lebaran. Hanya pada hari pertama Lebaran rumah makan lesehan itu tutup.

Dalam sehari, rata-rata Wariadi menghabiskan 300-400 ikan nila untuk melayani 150 tamu. Satu paket menu yang berisi 1-4 ikan bisa dinikmati hingga lima orang. Jumlah itu bisa bertambah jika ada pesanan dalam jumlah besar untuk acara di kantor-kantor. (DOE/EKI/RUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com