Pdahal, selain mengunjungi tiga air terjun, sambung Fenny, wisatawan bisa mampir berjumpa Suku Dayak asli di sana. Namun lagi-lagi jaraknya cukup jauh. "Seandainya ada vila atau cottage atau rumah warga yang bisa diinapi tentu akan sangat menarik bagi wisatawan sehingga bisa menikmati seluruh obyek wisata tanpa takut pulang kesorean," kata mantan reporter tv swasta ini.
Karena waktu terbatas, kami memutuskan hanya mendatangi satu air terjun saja. Kembali ke dermaga, perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Kaniungan Besar. "Pulau Kaniungan Besar ada penduduknya, ada resort juga. Sedangkan Pulau Kaniungan Kecil tak berpenduduk," kata Dayat.
Perjalanan dari Kampung Teluk Sumbang menuju Pulau Kaniungan Besar sekitar 30 menit. Angin laut dan gelombang menerpa perahu yang membawa kami ke Pulau Kaniungan Besar. Mendekati pulau, pasir putih pantai menyambut kedatangan kami. Suasana Pulau Kaniungan masih sangat asri bahkan bisa dibilang sepi.
Kami menginjakkan kaki di kelembutan pasir putih pulau yang hanya memiliki satu-satunya resort di sana. Sebenarnya pantai dengan pasir putih merupakan modal besar bagi Pulau Kaniungan Besar untuk mengundang wisatawan datang ke sana. Hanya saja keindahan pantai terasa terganggu oleh banyaknya pelepah pohon kelapa memenuhi bibir pantai.
"Sepi ya di sini. Untung ada kelapa muda," kata Fenny.
Puas berkeliling pulau nan sepi dan meneguk air kelapa muda, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke Teluk Sulaiman. Apalagi jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.25 Wita.
Labuan Cermin
Setelah beristirahat semalam di Mayang Sari, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Labuan Cermin. Kami penasaran akan keindahan Labuan Cermin. Sehari sebelumnya, saat mobil memasuki Biduk-Biduk dan melintasi jembatan, Freddy, sopir PT SKP berujar, "Itu Labuan Cermin." Dia menunjuk di kiri jembatan.
Bagi masyarakat setempat Labuan Cermin dinamakan danau dua rasa. Air laut masuk ke daratan dan tertampung laksana sebuah danau. Air tawar terasa sampai kedalaman 2 meter saja dari permukaan, sedangkan selebihnya merupakan air asin.
Dijamin, pengunjung atau wisatawan yang datang akan mengagumi warna dan rasa air di Labuan Cermin, karena sangat jernih. Tak ubahnya seperti cermin yang dominasi warna hijau. "Duh, sungguh indah," kata Fenny.
Berpelesir ke Biduk-Biduk paling cepat menggunakan pesawat udara dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (dulu dikenal dengan Bandara Sepinggan) di Balikpapan menuju Bandara Kalimarau di Tanjung Redeb (ibu kota Kabupaten Berau). Beberapa maskapai yang melayani jalur penerbangan Balikpapan-Tanjung Redeb tercatat Wings Air, Kalstar, Garuda, dan Sriwijaya.
Lebih paktis lagi bila Anda menyewa kendaraan di Tanjung Redeb. Pasalnya tidak ada kendaraan umum melayani rute Tanjung Redeb ke Biduk-Biduk sejauh 250 kilometer itu. Sewa kendaraan sekitar Rp 750.000 untuk sekali jalan sudah termasuk bensin.
Tips
Perlu Anda ketahui, selama berwisata di Biduk-biduk, layanan operator telepon seluler hanya berlaku untuk Telkomsel. Satu hal lagi, listrik di Biduk-Biduk beroperasi dari jam 18.00 hingga 06.00 keesokan harinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.