Menurut dia, potensi obyek wisata Baduy memiliki nilai jual hingga mendunia karena cukup menarik untuk dijadikan bahan penelitian.
Masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat leluhur dengan menolak kehidupan modern. Selain itu, mereka bersahabat dengan alam, sehingga kawasan Baduy tidak ada penerangan listrik, peralatan elektronika, maupun jalan beraspal.
Namun, pihaknya prihatin kekayaan potensi wisata adat itu kini kondisinya menyedihkan, antara lain infrastruktur dan sarana lainnya belum memadai.
Untuk itu dia berharap, pemerintah daerah dapat mengembangkan obyek wisata adat sehingga dapat mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. "Kami yakin obyek wisata itu bisa mendatangkan wisman," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Lebak Oman Nurohman mengatakan selama 2014, obyek wisata Baduy dikunjungi 158 wisman dari Belanda, Inggris, dan Swiss. Sebagian besar wisman itu tertarik soal konservasi maupun mempelajari budaya setempat.
keunikan masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan modern. Kawasan hutan yang dihuni masyarakat Baduy seluas 5.100 hektare tanpa jalan, jaringan listrik, televisi, radio, dan kendaraan.
Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Sarpin mengatakan selama ini rombongan pengunjung obyek wisata Baduy kebanyakan dari perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah, sedangkan dari kalangan keluarga relatif kecil.
"Kami yakin ke depan kunjungan wisata adat Baduy meningkat, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal," kata Sarpin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.