Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Asrama Para Biksu di Candi Sari

Kompas.com - 23/04/2015, 14:50 WIB
SIANG yang terik tak menyurutkan rencana penjelajahanku menelusuri jejak kebudayaan masa lalu Nusantara yang ada di sekitar Yogyakarta. Telah menjadi catatan sejarah bahwa di zaman dahulu pernah berkuasa sebuah dinasti yang meninggalkan berbagai macam kepingan kejayaannya di sini, di daerah yang dulunya dikenal dengan nama Mataram.

Laju kendaraan yang kunaiki melambat ketika memasuki area Kalasan, Sleman. Sebuah papan penunjuk mengisyaratkan bahwa tak jauh dari Jalan Raya Jogja-Solo ada sebuah peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Sari namanya, terletak di Desa Bendan, Kalasan, Sleman. Candi Buddha ini berjarak 3,2 kilometer sebelah barat dari Candi Prambanan (sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor) atau 5,2 kilometer dari Bandara Adi Sucipto (6 menit menggunakan kendaraan bermotor).

Kekaguman saya langsung terluapkan saat pertama kali melihat Candi Sari, karena bentuk bangunan Candi Sari yang berjenis kuil bertingkat, tak seperti punden berundak. Dari depan, candi ini sudah terlihat bahwa bangunannya memiliki ruangan atas dan ruangan bawah.

Mengapa Candi Sari dibuat bertingkat? Adakah tujuan yang melatarbelakangi pembangunannya?

Arif L. Hakim Relief dan arca Candi Sari
Cerita mengenai proses pembangunan Candi Sari terdokumentasikan melalui Prasasti Kalasan (700 Saka atau 778 Masehi). Konon pada abad ke-8 Masehi tersebut Maharaja Tejapurnama Panangkarana (Rakai Panangkaran) diberi nasihat oleh penasihat keagamaan agar mendirikan biara untuk para pendeta.

Candi Sari kemudian dibangun oleh Rakai Panangkaran untuk melaksanakan nasihat tersebut. Candi dengan kumpulan stupa kecil di bagian atasnya ini kemudian menjadi asrama bagi para biksu. Di tempat inilah, para biksu belajar, berdiskusi, melaksanakan kegiatan keagamaan, dan ditempa untuk kemudian mengajarkan ilmunya kepada masyarakat Mataram Kuno.

Dalam Prasasti Kalasan juga disebutkan bahwa selain membangun biara bagi para biksu, Rakai Panangkaran juga dianjurkan untuk membangun kuil sebagai tempat untuk memuja Dewi Tara. Maka dibangunlah Candi Kalasan, tak jauh dari Candi Sari. Pembangunan Candi Sari diduga berbarengan dengan masa pembangunan Candi Kalasan, maka tak heran jika banyak dijumpai kemiripan di antara kedua candi tersebut dari sisi reliefnya.

Kekaguman saya lainnya pada Candi Sari adalah pada keindahan relief yang terpahat di sekeliling Candi Sari baik pada dinding maupun arcanya. Candi Sari memiliki 36 buah arca yang ukurannya hampir sama dengan manusia secara umum yaitu 8 arca di dinding timur, 8 arca pada dinding selatan, 8 arca di dinding utara, dan 12 arca di dinding barat.

Selain arca, pahatan dengan berbagai bentuk juga memenuhi dinding Candi Sari. Relief Kinara Kinari, Suluran, Kumuda, dan Kalamakara yang sangat dekoratif sehingga tidak tampak seram menghias indah. Candi Sari juga memiliki keistimewaan seperti Candi Kalasan, yaitu pada dindingnya yang terlapisi Vajralepa. Lapisan inilah yang memberi warna cerah dan mengawetkan bebatuan Candi Sari... (Arif L. Hakim)

Baca kisah selengkapnya di Kompasiana: "Menelusuri Asrama Para Biksu di Candi Sari".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com