Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dingin, Manis, dan Melintasi Zaman

Kompas.com - 12/05/2015, 09:21 WIB

”Kami juga memilih buah yang baik untuk diolah. Kendalanya, tak semua buah ada sepanjang tahun. Untuk itu, kami harus membuat stok buah agar produksi bisa terjamin,” ucap Mulya, yang turun langsung mengawasi produksi.

Selain buah, bahan lain yang penting adalah susu sapi dan susu bubuk. Menurut Mulya, pencampuran bahan masih dilakukan manual.

Untuk mempertahankan rasa, lanjut Mulya, pihaknya tidak mengejar pengembangan maksimal dari adonan es krim karena akan membuat es krim terasa terlalu ringan. Itu sebabnya, es krim Baltic terasa padat.

Selain menambah variasi rasa, Mulya juga mengubah karakter Baltic yang dulu bertekstur agak kasar menjadi lembut. Ini menjadi bagian dari respons terhadap selera pasar.

Selain penjualan di gerai, Baltic juga menyediakan layanan pesan antar es krim dengan minimum pembelian Rp 100.000.

Bagi pelanggan yang akan mengadakan pesta, es krim berbentuk kue tart juga bisa menjadi pilihan. Baltic juga menyediakan model es krim ini berdasarkan pesanan konsumen.

Es krim Tjanang

Selain Baltic, es krim tua lain di Jakarta adalah es krim Tjanang. Manisnya es krim Tjanang kini masih dapat ditemukan di rumah makan milik Leni atau Tshu Ing Kue (65) di Jalan Cikini Raya 50, Jakarta Pusat. Namun, es krim Tjanang kini tak lagi dijual dalam mangkuk-
mangkuk stainless steel kecil seperti masa lalu, melainkan dikemas dalam mangkuk plastik.

Sampai tahun 1980-1990-an, es krim Tjanang merupakan restoran es krim yang tak hanya dikenal warga Jakarta, tetapi juga kalangan ekspatriat.

Hal menarik dari restoran itu adalah es krim rasa beragam buah-buahan khas Indonesia, seperti rasa cempedak, nangka, cokelat, dan juga tape ketan hitam. Es krim disajikan di mangkuk-mangkuk stainless steel berukuran kecil dan disajikan bersama segelas air putih dingin.

Restoran Tjanang yang asli, yang dibuka sejak tahun 1951, berdiri beberapa rumah dari rumah makan milik Leni saat ini. Bangunannya berupa rumah berdinding kaca, dan biasanya di dekat pintu masuk ada seorang penjual sate ayam dengan gero-
baknya.

Pada malam hari, pengunjung kala itu sangat ramai menikmati es krim Tjanang. Terkenang bagaimana para pengunjung, warga setempat bercampur dengan para ekspatriat duduk di bangku kayu menikmati es krim sambil menonton siaran televisi. Di luar, asap dari gerobak sate ayam merambati dinding kaca.

Sriyati (59), warga yang sudah bermukim di Jakarta sejak tahun 1965, menjadi salah satu pelanggan setia Tjanang. ”Dulu, sekitar tahun 1965, saya kenal Tjanang dari papa saya. Hingga menikah, giliran saya membawa anak-anak ke sana. Ini es krim pernah menjadi es krim paling enak di Jakarta,” katanya.

Ya, pernah paling enak, dan karena itu jangan membandingkannya dengan es krim ala gelato yang kini populer di Jakarta. Es krim Tjanang lebih menyerupai es sorbet, bertekstur agak kasar tetapi sarat krim, dengan buah asli sebagai bahan baku utama es krim.

Dulu, semua es krim Tjanang dibuat sendiri pemiliknya waktu itu, Tjan Njan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com