“Jadi dalam satu lingkaran itu ada seniornya, nanti senior itu sambil mengawasi kerja yang lain,” lanjut Sukardi.
Setelah kain selesai melalui proses pembatikan dan pencelupan warna, selanjutnya dilakukan proses pengecekan. Pengecekan dilakukan untuk memastikan agar tidak ada bagian kain batik yang masih kosong dan tidak ada bagian yang tertetes malam.
“Ini proses quisi atau bahasa batiknya ‘cos’, itu dikoreksi kalau ada yang salah dikembalikan,” ujar Sukardi.
Jika tidak ada kesalahan,kain batik selanjutnya mengalami proses perebusan. Proses ini berguna untuk melepaskan malam-malam yang melekat di kain batik. Langkah terakhir adalah penjemuran sebelum kain-kain batik siap untuk dipasarkan.
Sejak berdiri tahun 1998, Batik Nyonya Indo mengusung desain-desain klasik namun berbeda dengan desain klasik khas kesultanan. Perbedaan terletak pada pemilihan warna pada kain batik, Batik Nyonya Indo mengombinasikan warna-warna menarik sehingga tidak melulu berwarna cokelat.
Tak hanya mengusung desain-desain batik klasik, Batik Nyonya Indo turut menghadirkan teknik pemasaran klasik. Teknik pemasaran ini adalah dengan cara menghampiri pembelinya ke rumah dengan membawa puluhan jenis batik yang ingin ditawarkan.
“Untuk pembeli loyal kami, kami akan datang ke rumahnya, jadi dia bisa seharian pilih mau batik yang mana karena dulu penjualan batik memang seperti itu,” ujar Marketing Batik Nyonya Indo, Krishna Dharma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.