Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Batu, Oase di Tengah Gemuruh Industri Kapur

Kompas.com - 28/05/2015, 16:43 WIB

Di beberapa tempat, tampak batu-batu besar menjulang tegak yang oleh warga setempat disebut sebagai menhir. Ada juga bebatuan yang posisinya saling berhadapan seperti pintu gerbang. Hamparan lembah yang hijau dan areal persawahan menjadi pemandangan yang patut dinikmati dari celah gerbang tersebut.

”Taman Batu ini baru dibuka dan dikelola warga pada delapan bulan lalu,” kata Asep, salah satu warga Pasir Pawon. Warga mulai mengelola tempat tersebut karena melihat banyak orang datang setiap akhir pekan.

Semakin sore, semakin banyak pengunjung datang. Warna jingga dari senja yang turun di balik cakrawala seperti menghipnotis mereka yang ingin menikmati alam dari atas bukit.

Untuk keindahan tak terkira itu, warga menarik ongkos parkir sebesar Rp 5.500 per mobil dan uang masuk kawasan Rp 12.500 untuk satu rombongan. Sangat murah bukan?

Di Taman Batu itu, kata Asep, banyak pengunjung mencoba mencari jejak terumbu karang. Kami pun mencoba mencarinya, tetapi sayang gagal menemukan bebatuan yang masih menyisakan bentuk terumbu karang mengingat begitu banyak batuan tersebar di situ.

Jutaan tahun silam

Kawasan Karst Cipatat terbentuk pada zaman Miosen, 20-30 juta tahun silam (KRCB, 2006). Pada masa purba, daerah karst itu merupakan dasar laut dangkal. Batuan kapur tersebut dibentuk oleh terumbu karang yang dulunya berada di dasar laut. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa dulunya dataran tinggi Bandung merupakan wilayah laut dangkal yang kemudian mengering.

Laut yang kering itu kemudian menjadi hunian manusia prasejarah. Temuan arkeologi di Gua Pawon, yang lokasinya di bawah Taman Batu, membuktikan bahwa gua-gua di situ telah dihuni setidaknya pada masa 9.500 tahun lalu.

Hendi, juru pelihara Gua Pawon, mengatakan, masyarakat purba yang tinggal di gua-gua karst itu sudah mampu menggunakan alat untuk bertahan hidup di alam liar. Beberapa alat yang digunakan manusia prasejarah itu, tutur Hendi, pernah ditemukan di Taman Batu yang luas arealnya mencapai 2 hektar.

Bukit Pasir Pawon merupakan satu dari sekian banyak bukit di Cipatat yang menjadi bukti sejarah geologi tertua di Pulau Jawa. Selain Pasir Pawon, bentang alam lain yang mengandung data geologi penting adalah Gua Pawon, Pasir Masigit, Pasir Pabeasan, Pasir Hawu, Karang Penganten, Pasir Bancana, dan Pasir Manik.

Seluruh kawasan itu kini dinyatakan sebagai kawasan vital yang perlu terus dijaga. Namun, laju perusakan masih terus terjadi. Tampaknya belum ada kemauan dari pemerintah setempat untuk menghentikan kegiatan eksploitasi yang berlebihan itu. Keindahan Taman Batu bisa saja lenyap setiap saat demi kepentingan ekonomi sesaat. (Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Toko Oleh-oleh di Purworejo Jawa Tengah, Banyak Pilihannya

5 Toko Oleh-oleh di Purworejo Jawa Tengah, Banyak Pilihannya

Itinerary
5 Tempat Wisata di Bali Disiapkan untuk Delegasi World Water Forum

5 Tempat Wisata di Bali Disiapkan untuk Delegasi World Water Forum

Travel Update
8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com