Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristirahatan Terakhir yang Menjadi Museum

Kompas.com - 22/06/2015, 13:48 WIB

Tidak dijelaskan

Sudah 43 tahun Wisma Yaso berganti nama menjadi Museum Satria Mandala. Ratusan ribu pengunjung pun tercatat sudah mengunjungi gedung tersebut sejak berdiri. Namun, ternyata, tak banyak pengunjung yang tahu, di tempat itu ”Putra Sang Fajar” sempat beristirahat dalam sakit dan sepi.

”Memangnya ini bekas rumah istri Soekarno? Bukannya ini dulu markas bekas TNI? Makanya, sekarang juga jadi museum khusus TNI?” tanya Yudi Saputra (21), petugas keamanan dari Kementerian Hukum dan HAM, yang mengunjungi Museum Satria Mandala pada Sabtu (20/6/2015) siang bersama kedua temannya.

Hal senada disampaikan Dewi (36) karyawan swasta yang mengunjungi museum bersama suami dan kedua anaknya. Semenjak masih sekolah, ia mengaku diwajibkan gurunya untuk mendatangi Museum Satria Mandala. ”Dulu, sering ke sini, disuruh sekolah, tetapi saya tidak pernah tahu ini rumah terakhir Soekarno sebelum wafat. Bukannya dia wafat di Blitar, ya? Ha-ha-ha, saya lupa pelajaran sejarahnya,” ujar Dewi.

Irwansyah mengatakan, ketidaktahuan tersebut memang banyak dijumpai para pengunjung yang mendatangi museum. Ia sendiri sebagai pramuwidya museum juga mengaku jarang menjelaskan status museum yang dulunya merupakan rumah peristirahatan terakhir proklamator Indonesia.

”Paling, saya jelaskan kepada pengunjung bahwa museum ini dulu namanya Wisma Yaso, milik istri Soekarno, tetapi tidak saya sebut bahwa Soekarno tinggal di sini sebelum wafat sebagai tahanan politik,” kata Irwansyah.

Sebelum menjadi pramuwidya, Irwansyah menjalani pelatihan dan diwajibkan membaca sejumlah bahan bacaan terkait sejarah TNI. Namun, dari sejumlah bahan bacaan itu, tidak ada yang menginformasikan tentang museum tersebut berdiri di lokasi Wisma Yaso, serta merupakan rumah terakhir Soekarno sebelum wafat.

Akhir-akhir ini, tutur Irwansyah, beberapa pengunjung mulai menanyakan status museum yang asalnya dari rumah istri Soekarno serta merupakan peristirahatan terakhir Soekarno. Untuk menjawab pertanyaan dari pengunjung, Irwansyah pun akhirnya mempelajari sendiri informasi tentang hari-hari terakhir Soekarno, meski diakuinya belum secara menyeluruh.

”Biar tidak bingung kalau ditanyakan pengunjung. Tahu sendiri, waktu zaman Orde Baru dulu, kan, semuanya di... He-he-he, ya, tahu sendirilah,” tutur Irwansyah.

Jas merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, demikian kata Soekarno sendiri. Sungguh ironis, ia yang mencetuskan ”jas merah”, justru sejarahnya yang terkaburkan. Di era reformasi ini, jangan sampai ada lagi sejarah yang dikaburkan. (Agnes Theodora W)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com