Tonggak sejarah
Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu.
Keduanya pun melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang.
Sementara itu, Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru.
Tokoh masyarakat Aru, yang juga mantan Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Aru, Benny Tulanem, mengatakan, pecahnya Batu Kora adalah bukti yang tak bisa terbantahkan. Batu Kora seakan menjadi simbol Urlima. Itu ditegaskan dengan terdamparnya ikan paus setiap tahun, pada Januari hingga April.