Hal itulah menurut Zaiwan yang menjadi alasan Hutan Pelawan wajib untuk dikunjungi. Selain melihat tanaman asli Desa Namang, pengunjung juga bisa melihat tumbuhnya jamur pelawan yang juga jadi ciri khas desa ini.
Jamur pelawan hidup di sekitar area tumbuhnya pohon pelawan. Katanya, jamur pelawan memiliki ukuran tinggi lebih dibanding jenis jamur lainnya. Selain itu, warna merah akan terlihat menyala dari jenis jamur ini.
Sayangnya, KompasTravel belum beruntung untuk melihat secara langsung jamur pelawan ini. Menurut Zaiwan, musim kemarau panjang yang tengah terjadi membuat jamur-jamur tersebut urung muncul.
"Tapi nanti setelah kemarau lalu hujan pertama kali, nanti akan muncul (jamurnya)," imbuhnya.
Untuk merasakan sensasi blusukan di Hutan Wisata Pelawan, pengunjung hanya perlu membayar uang parkir senilai Rp 3.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Pengunjung juga bisa membeli langsung madu pelawan seharga Rp 80.000 per botol untuk madu manis, dan Rp 200.000 untuk madu pahit. Sementara jamur pelawan yang sudah dikeringkan dihargai Rp 170.000 per kotak.
Wisata Malam Hutan Pelawan
Blusukan di Hutan Wisata Pelawan juga mengasyikkan jika dilakukan pada malam hari. Menurut Zaiwan, pada malam hari akan muncul hewan-hewan nokturnal yang bisa dilihat dari dekat. Salah satunya adalah tarsius. Hewan yang oleh penduduk lokal disebut muntilin ini biasanya akan muncul kala gelap.
Wisata malam di Hutan Wisata Pelawan ini dihargai senilai Rp 750.000 per rombongan dengan maksimal 10 orang. Selain melihat hewan-hewan nokturnal, pengunjung juga bisa melihat burung-burung liar yang turun untuk mencari makan di pagi hari. Biasanya, burung-burung tersebut muncul sekitar pukul 05.00 – 05.30. Jika beruntung, pengunjung juga bisa mendengar suara burung yang saling bersautan di pagi itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.