Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumput Pasir, Sejuta Kenangan

Kompas.com - 24/09/2015, 08:41 WIB
Selain Kepulauan Seribu yang punya aturan larangan pengambilan pasir pantai, pasir di Indonesia cenderung bebas diambil. Namun, kerusakan alam akibat pengambilan pasir cantik dari pantai untuk dijual sebagai hiasan akuarium sudah terjadi di beberapa pantai. Pasir mirip biji merica di Pantai Kuta, Lombok, misalnya, sudah habis dijual ke Jakarta.

Padahal, pasir Pantai Kuta, Lombok, dengan perpaduan warna abu-abu, hijau, dan kuning itu yang pertama kali membuat Martin jatuh cinta sebelum akhirnya memutuskan menjadi kolektor pasir. Pada 1994, hamparan pasir biji merica ini dengan mudah bisa dijumpai ketika keluarga mereka berlibur. ”Sekarang cari ini susah. Saya kembali ke sana mesti gali 1 meter. Yang di atas tinggal pasir biasa,” kata Martin dengan nada sedih.

Rekor dunia

Ketika ditemui di rumahnya, Martin dan Fransisca masih menunggu proses pengeringan pasir yang baru saja diambil dari Karimun Jawa. Pasir Pantai Karimun Jawa berwarna putih bersih, tetapi gunung-gunungnya berwarna merah muda. Biasanya, pasir harus dicuci lalu dikeringkan selama tiga hari agar tidak amis sebelum masuk botol.

Demi pasir pula, Martin mengajak keluarganya berkendara menyusuri pantai utara Jawa selama tiga minggu. ”Yang tercantik adalah pasir pink dari Pulau Komodo, mirip dengan pasir dari Bermuda. Mirip warnanya, tetapi beda. Bermuda itu bukit-bukitnya memang merah. Kalau Pulau Komodo, pink karena bunga karang,” ujar Martin.

Untuk koleksi pasirnya yang luar biasa banyak, Martin dan Fransisca mendapat piagam penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai kolektor pasir terbanyak dari 1.000 lokasi di seluruh dunia pada 2011. Koleksinya terus bertambah dan diharapkan bisa mencapai lebih dari 1.864 lokasi untuk memecahkan The Guinness World Records.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com