Saat ini, model pot gerabah yang masih banyak diminati yang bertekstur kulit luar menyerupai pohon kelapa. Selain pot, dia juga menjual gerabah untuk menambah estetika taman. Gentong dari tanah liat itu, dimodifikasi menjadi air mancur.
"Sekarang, yang lagi laris paket untuk taman. Harganya variatif, mulai dari Rp 90.000, sesuai kerumitan pesanan," jelas dia.
Saat ini, dia membawahi empat orang perajin gerabah. Di sana, industrinya bersifat industri rumah tangga.
"Satu bulan, saya bisa menghasilkan sebanyak 200 biji. Bentuknya beragam, dari berbagai jenis gerabah, tapi yang kami produksi paling banyak pot karena sudah seperti kebutuhan pokok," kata dia.
"Setiap bulan, kami mengeluarkan desain baru. Sumber referensinya banyak, kadang dari Kasongan (Yogyakarta)," jelas dia.
Selain Kasongan, perajin juga tak malu belajar dari proses pembuatan gerabah dari Jakarta. Khususnya, dalam hal teknologi pembuatan yang sudah menggunakan beberapa peralatan modern.
"Di Jakarta, gerabahnya sudah dibakar menggunakan oven. Bahan bakarnya gas, tidak seperti di sini yang masih menggunakan kayu bakar," jelas dia.
Dia berharap, pemasaran gerabah dari Plutan yang apa adanya itu dapat terus berkembang. Termasuk, memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran. Anda yang berminat belajar membuat gerabah atau belanja gerabah, bisa berkunjung ke Kelurahan Pelutan, Kabupaten Pemalang.
Dari jalur Pantai Utara Pemalang (Pantura), Anda bisa mengarahkan kendaraan ke arah Alun-alun Pemalang lewat Jalan Martadinata. Di sisi kiri dan kanan jalan ini Anda bisa bertanya sentra pembuatan gerabah tersebut. (Tribun Jateng/Raka F Pujangga)