Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Patung Primitif di Dusun Pucung Bantul

Kompas.com - 16/10/2015, 10:34 WIB
BANTUL, KOMPAS.com - Selain dikenal sebagai Kota Pelajar dan Pariwisata, Yogyakarta juga terkenal sebagai daerah yang memiliki beragam industri kreatif. Maka tak heran banyak karajinan yang dihasilkan oleh masyarakat Yogyakarta.

Selain kerajinan batik, blangkon, wayang kulit, perak, dan beberapa kerajinan lain yang telah menjadi ciri khas Yogyakarta, terdapat beberapa kerajinan lain, dan satu diantaranya adalah kerajinan patung primitif.

Meskipun patung primitif bukanlah kerajinan asli Yogyakarta, melainkan lebih dikenal sebagai kerajinan Suku Asmat dan beberap suku lainya, tetapi di Yogyakarta terdapat sentra kerajinan patung primitif yang berada di Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecama­tan Sewon, Bantul.

Purnomo (43), satu di antara warga Dusun Pucung yang menjadi perajin patung primitif mengatakan, sejak awal tahun 1990-an dusunnya memang telah terkenal menjadi produsen patung primitif.

"Awalnya ada seorang pengusaha mebel terkenal, yakni Pak Ambar Polah yang memberikan contoh patung primitif ke warga dan mendorong masyarakat untuk memproduksinya," cerita Purwanto.

Karena produksi patung yang memiliki warna khas hitam tersebut mendapat respons yang baik dari pasar, akhirnya semakin banyak warga dusun Pucung yang menjadi perajin patung primitif.

TRIBUNJOGJA.COM/HAMIM THOHARI Purnomo, salah satu perajin patung primitif di Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecama­tan Sewon, Bantul, DI Yogyakarta.
Awalnya, patung yang dibuat berukuran cukup besar dengan tinggi patung mulai 50 cm hingga 2 meter. Seiring dengan terus berjalannya waktu dan permintaan pasar, saat ini warga Pucung lebih banyak memproduksi patung dengan ukuran kecil dan lebih fungsional serta lebih sederhana.

Jika dulu patung primitif hanya sebagai hiasan, saat ini patung diaplikasikan sebagai tempat tisu, tempat handphone, tempat pulpen, tempat kartu nama, hingga asbak. Meski demikian pesanan patung berukuran besar masih tetap ada.

Untuk bahan baku pembuatan patung, kayu jati dan mahoni menjadi pilihannya. Kedua kayu tersebut cukup keras sehingga tidak mudah pecah maupun rusak saat dibuat patung.

Kayu jati dan mahoni harus melalui beberapa tahapan untuk menjadi sebuah patung yang unik. Untuk patung berukuran kecil, bahan baku kayu dijadikan lembaran papan, kemudian digambari pola. Setelah itu pola tersebut dipotong menjadi bagian-bagian patung yang kemudian akan dirangkai menjadi sebuah patung.

Untuk memperoleh kesan kayu yang hitam legam yang menjadi cirikhas patung primitif maka patung yang sudah dirangkai sedemikian rupa dibakar hingga mencapai warna yang dikehendaki.

Proses terakhir adalah patung kemudian dicelupkan kedalam cairan lem lalu diampelas sampai halus, dan kemudian diclear agar terlihat mengkilap dan warnanya tahan lama. Sebagian besar patung produksi warga Pucung ini diekspor ke luar negeri.

"Saat ini negara-negara di Eropa Timur, Timur Tengah, dan Australia adalah pelanggan kami yang masih aktif memesan produk kami," ujar Purnomo.

TRIBUNJOGJA.COM/HAMIM THOHARI Proses pembuatan patung di sentra kerajinan patung primitif, Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecama­tan Sewon, Bantul, DI Yogyakarta.
Saat ini di Dusun Pucung terdapat sekitar 10 Kepala Keluarga (KK) yang masih menggeluti usaha ini. Selain memproduksi patung primitif mereka juga memproduksi meja dan kursi, lemari, hingga beragam miniatur kendaraan.

Untuk harga jual, satu buah patung primitif di jual mulai dari harga Rp 10.000 (patung dengan tinggi 10 cm), sedang yang paling mahal seharga Rp 500.000. "Untuk harga kami sesuaikan dengan ukuran patung dan tingkat kerumitannya," kata Purnomo.

Jika anda berkunjung ke Yogyakarta, tidak ada salahnya singgah ke Dusun Pucung untuk membeli buah tangan berupa kerajinan yang berbeda dan unik. Untuk mencapainya anda bisa melewati jalan Bantul. Di kilometer 7 terdapat SPBU Pucung, di selatan SPBU tersebut anda akan melihat papan nama Dusun Pucung. (Hamim Thohari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com