Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eka Suryarahman, Wisata Gratis untuk Pendidikan

Kompas.com - 18/10/2015, 16:33 WIB
Kuliner lokal

Para wisatawan asing ini tidak dipungut biaya. Mereka gratis makan-minum kuliner lokal, seperti sayur bening kelor, bayam, terasi, dan terung. Mereka hanya diminta mengajar yang sederhana kepada anak asuh Eka, seperti kata atas-bawah, kiri-kanan, dan warna dalam bahasa Inggris, Jerman, atau Brasil. Malah wisatawan Jepang mengajari anak-anak asuhnya origami.

Para wisatawan asing tersebut terkadang diajak keliling belajar ke sekolah-sekolah dasar untuk mengajar hal-hal yang sederhana. Mereka juga diminta mengajar siswa-siswa pendidikan anak usia dini dan siswa Sekolah Alam yang diasuh Klub Baca Perempuan Desa Prawira, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara.

Eka juga menjadi pemandu bagi tamunya berwisata keliling kampung atau ke lokasi budidaya lebah madu yang dilakukan masyarakat. Sedikitnya 20 wisatawan sudah ditampung Eka. Mereka dari AS, Jerman, Inggris, Italia, Brasil, dan Jepang.

Lama tinggal mereka adalah tiga hingga empat hari, bahkan wisatawan Jerman betah, hingga tiga minggu.

Untuk membiayai makan-minum para tamunya, Eka yang pernah menjadi sopir travel ini menyisihkan upahnya membantu warga yang ingin dibuatkan situs web. Ia juga konsultan tata ruang di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lombok Utara.

Mengaku senang dan ikhlas sebagai freelance teacher, Eka punya pengalaman ”tidak enak” dengan penjual kerupuk. Waktu itu ia menemani wisatawan asal Kanada yang ingin membeli kerupuk tersebut.

Eka lalu mengatakan, harga kerupuk itu Rp 2.000 per bungkus ke tamunya meski si pedagang mengatakan Rp 1.000. Niat Eka menaikkan harga agar pedagang dapat untung Rp 1.000. Namun, justru pedagang itu mengomel dan membuang uang tersebut.

”Teman saya nanya, kenapa uang itu dibuang, saya ngeles aja, uang yang kamu kasih sudah lusuh, dia maunya duit yang baru,” ujar Eka.

Pedagang itu mengomel dan membuang uang karena berharap diberi Rp 20.000 atau Rp 50.000 untuk kerupuknya. Warga beranggapan, wisatawan asing punya uang banyak dan pemurah.

Padahal, menurut Eka, tak sepenuhnya demikian. Pengalaman ini menjadi pembelajaran, juga untuk warga di kampungnya sehingga bisa menerima kehadiran wisatawan asing yang bekalnya kerap pas-pasan. (KHAERUL ANWAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com