Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat agar Hasilkan Uang dari Foto Jalan-jalan

Kompas.com - 27/10/2015, 19:05 WIB
Jonathan Adrian

Penulis

“Pahit-pahitnya foto kita sama seperti di gambar,” candanya.

Posisi menentukan prestasi

Setelah melakukan perencanaan, langkah berikutnya adalah mencari posisi. Hal ini bisa saja terjadi dengan mudah, bisa saja susah. Pengalaman Arbain bersama rekannya saat memotret upacara Ngaben di Bali misalnya. Gambar yang ia rencanakan adalah gambar yang harus diambil dari posisi tinggi.

Sedangkan satu-satunya gedung yang memungkinkan di sana akan dipenuhi orang selama upacara. Maka, ia meminta rekannya stand by di gedung itu sejak pukul 05.00 pagi untuk mengambil posisi paling pas.

“Upacaranya baru mulai pukul berapa tahu enggak? Tiga sore,” paparnya mengundang tawa.

Ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah posisi dalam mengambil gambar. Jika fotografer adalah pria, Rambey bahkan menyarankan membawa sesuatu seperti botol yang dapat digunakan untuk buang air kecil di tempat.

Lantas bagaimana agar fotonya terjual?

Ada banyak cara agar foto dapat terjual. Hal paling sederhana adalah posting di dunia maya, lalu orang akan mulai menawar harga untuk foto yang mereka butuhkan. Cara lain adalah sebaliknya, orang akan meminta jasa kita untuk memotret satu lokasi tertentu, baru kita pergi dan mengambil gambar.

“Yang jelas, orang-orang luar negeri itu suka dengan foto-foto alam Indonesia, jadi pasti laku dijual,” terangnya.

Bagaimana tentang hak cipta?

Jika kita mengambil gambar orang (pengemis misalnya) lalu laku terjual atau menang lomba, Arbain menyarankan untuk memberikan beberapa persen uang untuk sang “model”. Ini adalah upaya menghargai hak cipta. Tetapi, bijak-bijaklah melakukan ini. 

Arbain mengisahkan, pernah suatu ketika ada foto pengemis yang memenangi perlombaan berkali-kali dengan hadiah uang cukup besar. Untuk menghargai hak cipta, sang fotografer datang ke pengemis ini dan menyerahkan uang begitu banyak kepadanya di tengah pasar. Keadaan pun jadi heboh. Kali berikutnya, setiap ada yang mau berfoto di pasar itu, orang akan meminta bayaran.

“Ini kan jadi salah,” papar Arbain.

Fotonya sudah bagus, memang masih perlu diedit?

"Sekarang saya tanya, orang cantik masih perlu dandan tidak?" ungkap Arbain beranalogi menjelang akhir seminar Indonesia Diversity.

Indonesia Diversity adalah komunitas berbasis digital yang mengajak anggotanya untuk berbagi pengalaman pelesir soal Indonesia. Pengalaman dapat dibagi dalam tiga media, yaitu tulisan, foto, dan video. Pada Minggu (25/10/2015) lalu menjadi peluncuran komunitas ini. Acara terdiri dari beragam kegiatan, mulai dari pameran foto, video, termasuk seminar atau talkshow soal wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com