Rohtang La seperti tak ingin kucapai dengan mudah. Sepanjang hari angin haluan bertiup kencang. Aku harus memakai kacamata dan penutup muka supaya tidak kelilipan atau makan pasir.
Saat mencapai puncak, matahari sudah hampir terbenam dan cepat-cepat kudirikan tenda.
Badan terasa sangat letih. Kusiapkan makan malam berupa nasi, daging kaleng, teri kacang, dan buah tomat. Angin masih terus berhembus kencang menderak-derakkan tenda.
Rupanya puncak Rohtang La berupa celah di antara dua gunung besar sehingga menjadi semacam lorong angin memanjang mirip Alun-alun Suryakencana di Gunung Gede. Pantas saja angin dari dua arah bertiup kencang ke badan gunung.
Tengah malam aku terbangun dan muntah-muntah. Perut rasanya tak karuan dan kepala sedikit pening. Ah, apakah gejala acute mountain sickness (AMS)? Mengapa baru sekarang? Sedangkan hari-hari sebelumnya kondisi badanku sangat fit dan aklimatisasi berjalan sesuai rencana.
Setelah minum obat, sakit perut dan mual berangsur reda. Baru pukul 03.00 aku bisa tertidur pulas dan pukul 08.00 selesai beres-beres dan beranjak turun ke Manali.