Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Barang Murah di Sydney? Ini Tempatnya...

Kompas.com - 30/01/2016, 18:26 WIB
Glori K. Wadrianto,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

SYDNEY, KOMPAS.com - Cerita ini berawal ketika saya sedang berjalan kaki seorang diri di George Street, salah satu jalan utama menuju pusat keramaian di Kota Sydney.

Saya menyusuri trotoar sejauh kurang lebih 2,2 kilometer mulai dari Stasiun Sentral hingga ke Town Hall dan kawasan perbelanjaan mewah Queen Victoria Building.

Di sepanjang perjalanan, saya melihat beragam toko. Umumnya adalah barang-barang dengan merek-merek ternama, pakaian, sepatu, ataupun kosmetik.

Tak kurang pula restoran dan cafe. Pun panti pijat, toko buku "adult", dan mini market lengkap berjajar di sana.

Niat awal saya hanya menikmati Kota Sydney yang ramai. Sebab, selama dua hari sebelumnya, saya disuguhi pemandangan padang rumput tanpa batas dan pegunungan luas dengan langit membiru di pinggiran kota.

Nah, dalam perjalanan pulang kembali ke hotel, saya melewati sebuah toko souvenir. Seperti umumnya turis, saya pun tertarik untuk masuk. Niatnya pun hanya melihat-lihat.

Sampai akhirnya perhatian saya jatuh pada satu set sloki hias dengan gambar dekoratif khas Australia. Ada setengah lusin sloki per kemasan. Saya ingat, ibu di Jakarta mengoleksi gelas-gelas mungil jenis ini.

Pada pricetag tertera harga 19 dollar AUD, yang kemudian didiskon menjadi 16 dollar AUD. Wah, Rp 160 ribu untuk enam gelas? Tak telalu mahal lah, pikir saya.

Sebab, saat berkunjung ke Scenic World di Katoomba, saya harus menebus sebuah gelas macam itu dengan harga 5 dollar AUD.

Sempat terpikir, apakah harga di Chinatown akan lebih murah ya? Tapi ya sudahlah. Khawatir tak ada waktu untuk belanja, saya pun menebus satu set sloki hias itu.

Pasar murah "Paddys"
Keesokan harinya, tanpa diduga-duga, pemandu wisata dari Destination NSW Margot Cuthill menawarkan opsi wisata belanja di Paddys Market.

Opsi itu menggantikan wisata kuliner donat di Gelatissimo. Gelatissimo adalah produk donat asal Brisbane yang terkenal sebagai donat yang simple namun lezat. Harganya 5 dollar AUD.

Tapi, karena lebih memilih wisata belanja, kelezatan donat itu belum pernah saya rasakan.

Berulang kali, dalam perjalan di bus, Margot mengatakan, "di Paddys market kalian akan menemukan barang-barang yang sangat murah."

"Di lantai atas, ada banyak factory outlet dengan harga yang murah juga," kata dia lagi.

Ternyata, letak Paddy market tak jauh dari George Street yang saya lewati kemarin. Bahkan saya sempat memotret bangunan itu, karena tertarik dengan bentuknya, tapi tak tertarik untuk masuk.

Paddys ada di dalam gedung kuno beraksen merah bata. Pada gerbang utamanya tertera tulisan "Market City". Letaknya bersisian dengan kawasan Chinatown.

Terbelalak

Pasar souvenir ada di lantai dasar. Cukup berbelok dari trotoar di pinggir gedung, sudah terlihat puluhan kios penjual souvenir bertema Australia di sana.

Barang-barang macam kaus, jaket, beragam hiasan dinding, bulu kanguru, hingga boomerang menumpuk di situ.

Suasana pasar itu, hanya sedikit lebih bersih dari pasar-pasar kain yang ada di Jakarta.

Bedanya, jarak satu kios dan kios lain lebih lebar. Mungkin tiga atau bahkan empat meter. Pengunjung yang melintas tak perlu beradu punggung dengan pengunjung lainnya.

Nah, set sloki yang saya beli untuk ibu kemarin pun ada di sana. Tentu saya penasaran dengan harganya.

Betapa kagetnya saya ketika melihat harga yang tertera di bagian bawa kemasan sloki itu. Hanya 4 dollar AUD. Ya, Rp 40.000 untuk enam buah gelas hias. Atau, sepertiga dari harga yang saya bayar kemarin. Huh...

Setelah diteliti, banyak souvenir di tempat ini yang "cuma" dihargai 1-2 dollar AUD per biji. Saya bilang "cuma", karena saya pernah melihat barang sejenis yang dibenderol 5-8 dollar AUD per biji.

Kaus-kaus yang dijual di tempat ini pun sangat murah. Bahkan di Jakarta, saya pasti kesulitan untuk mendapatkan sepotong kaus dengan kualitas yang sama, seharga Rp 50.000 per potong.

Mereka menjualnya satu paket, 20 dollar AUD untuk empat kaus. Jika hanya membeli sepotong kaus, maka harganya menjadi 7 dollar AUD. Padahal di kios souvenir di pinggir George Street, kaus macam ini dibenderol antara 20-24 dollar AUS per potong.

Meski ada yang kurang baik, tapi sebagian besar kaus di sana terbuat dari katun yang lembut. Oh iya, beberapa kaus itu pun tanpa jahitan di samping. Di Jakarta biasa disebut "built up", salah satu indikator kaus berkelas.

Factory outlet

Puas mengitari lokasi Paddy Market, saya pun mencari eskalator untuk menemukan factory outlet yang diceritakan Margot sebelumnya.

Benar saja, jika di lantai II hanya ada sejumlah restoran dan toko souvenir dengan harga "mahal", di lantai III Market City ada banyak gerai yang menjual barang lengkap dengan tulisan "SALE".

Sejumlah pakaian dan tas wanita ada di sana. Tapi perhatian saya tertuju pada satu gerai yang menjual beraneka sepatu dengan merek yang familiar bagi saya. Sebutlah, Nike, Adidas, Puma, termasuk boot Palladium dan dr. Martens.

Layaknya factory outlet, tumpukan dus sepatu menjadi etalase untuk sepatu-sepatu itu. Tak ada rak yang rapi dengan penyinaran yang apik. Semuanya ditumpuk mengitari kios berukuran 3x10 meter.

Di tempat itu, sepasang boot Palladium berbahan kulit, --sepatu merek Perancis yang awalnya dipakai oleh pasukan militer pada perang dunia II dan kini bertransformasi menjadi boot "gaya", dijual dengan harga 78 dollar AUD.

Padahal di web resminya, barang ini dibanderol dengan harga sekitar Rp 1,5 juta.

Boot ukuran anak-anak harganya pun sekitar 30 dollar AUD, padahal harga aslinya lebih mahal dari itu.

Yang lebih mengagetkan saya, sepasang boot dr.Martens tipe Elmer, yang di toko dijual dengan harga sekitar 220 dollar AUD, di sini hanya 49 dollar, atau sekitar Rp 500.000.

Banyak. Ya, nampaknya banyak barang murah lainnya di tempat itu, Tapi tak terasa, jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 18.00. Artinya, saya harus segera berkumpul di bus dan beranjak menuju tempat makan malam.

Saya pun bergegas turun menuju tempat parkir bus, sambil menenteng dua plastik besar berisi kotak sepatu. Cihuyy...

---

Cerita ini diperoleh dari perjalanan KompasTravel dalam rombongan AirAsia X Indonesia Sydney Family Trip yang bekerja sama dengan Destination New South Wales (NSW). Sejumlah wartawan asal Indonesia dibawa ke tempat-tempat wisata di NSW sejak tanggal 16-22 Januari 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com