Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenduri Kampung Menjaga Melayu

Kompas.com - 02/02/2016, 11:38 WIB
Persiapan kenduri biasanya dilakukan bersama-sama secara sukarela. Tidak ada yang menuntut bayaran atau merasa bekerja lebih banyak dibandingkan yang lain. Siapa pun yang punya tenaga mengangkat kayu atau mendirikan tenda akan bergerak sendiri tanpa diperintah.

Mereka yang lihai meracik bumbu akan berkutat di sekitar tungku. Semua makanan itu biasanya dimasak bersama. Masakan bersama- sama bisa terasa berbeda bergantung pada tangan siapa yang meracik dan mengaduknya.

”Namanya tetap asam pedas ikan tenggiri. Tetapi, asam pedas di kampung hulu bisa berbeda dengan asam pedas di kampung hilir. Tidak ada yang protes, disantap saja,” ujar Dahlan.

Dengan menyantap tanpa protes, undangan telah mempraktikkan toleransi dan penghargaan atas perbedaan dan kerja keras. Hal-hal yang banyak didengungkan itu sudah berabad-abad dipraktikkan di kampung-kampung.

Proses menyiapkan hidangan juga menjadi transfer pengetahuan dari generasi ke generasi. ”Kuliner melewati sejarah panjang sampai akhirnya dihidangkan hari ini. Kehilangan salah satu resep masakan sama dengan kehilangan salah satu bukti kekayaan sejarah dan budaya,” kata Dahlan.

Demikian pula pilihan hiburan yang disajikan. Sebagian akan memandang keputusan mengundang orkes Melayu, alih-alih organ tunggal, hanya karena alasan melankolis dan glorifikasi masa lalu.

”Sebenarnya, lewat musik- musik itu bisa dipelajari bagaimana gambaran sosial di masa lalu. Apalagi, lagu-lagu tradisional Melayu sering penuh kiasan. Semua menggambarkan kecendekiaan dan kecakapan berbahas. Pesannya bisa disampaikan secara terbuka dan bisa dipahami siapa saja,” ujarnya.

Bahasa Melayu Kepri termasuk yang paling terbuka dan mudah dipahami. Orang Kelantan, orang Komering, atau orang Pattani sama-sama menggunakan bahasa yang berakar dari bahasa Melayu.

”Tetapi, orang di luar pengguna bahasa itu, walau penutur aktif bahasa Melayu, sulit memahami. Berbeda dengan bahasa Melayu Kepri yang dengan mudah dipahami siapa saja,” ujarnya.

Kultur terbuka juga terlihat dalam kenduri kampung. Makan bersama di tenda, tamu datang dari mana saja.

”Kenduri sekalian mengeratkan lagi kekerabatan. Orang Melayu sekarang tersebar di beberapa negara. Ada tinggal di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, sampai Brunai. Melayu Indonesia- Malaysia-Singapura paling banyak berkerabat,” ujar Gani.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com