Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Menghelat Sail, Saatnya Derawan Banyak Berbenah

Kompas.com - 01/03/2016, 11:23 WIB
SEMULA, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yakin bakal menghelat Sail Derawan pada 2013. Namun ternyata, target itu meleset karena pemerintah pusat meloloskan Sail Komodo.

Sebagai gantinya, digelar Festival Derawan yang sengaja ditujukan sebagai pendamping Sail Komodo. Namun, festival itu pun ”adem ayem” gaungnya.

Tidak ada yang salah dengan Derawan di Kabupaten Berau, yang sering disebut-sebut sebagai surga bawah laut terindah nomor dua di Indonesia setelah Raja Ampat, Papua.

Namun, tampaknya pemerintah melihat Derawan belum siap. Alam Derawan memang siap, tetapi selain itu tidak.

”Sail Derawan 2013 yang sangat diharapkan ternyata meleset. Namun, ini harus menjadi titik balik Derawan agar lebih menyiapkan diri. Pembenahan di semua sisi harus terus dikerjakan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau Rohaini, 8 Februari lalu.

Kepulauan Derawan dengan pulau utamanya Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban memenuhi syarat sebagai tujuan wisata bahari kelas dunia.

Sangalaki adalah pulau tak berpenduduk, yang ditetapkan sebagai tempat konservasi penyu. Setiap malam puluhan penyu naik untuk bertelur di pasir pantainya.

GEAFRY NECOLSEN Pulau Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Di Derawan—pulau paling terkenal—terhampar titik-titik penyelaman yang indah, selain juga merupakan pulau favorit penyu bertelur.

Adapun Maratua, pulau berpenduduk 3.500 jiwa, dan merupakan salah satu pulau terdepan di Indonesia, perairannya adalah titik-titik penyelaman indah untuk melihat pari manta ”menari”.

Adapun Kakaban, yang merupakan pulau karang tak berpenduduk, seluas 5 kilometer persegi, terhampar Danau Kakaban seluas 390 hektar yang menjadi habitat empat jenis ubur-ubur tanpa sengat.

Selain Kakaban, ubur-ubur tanpa sengat hanya dijumpai di Pulau Palau, Mikronesia di Samudra Pasifik. Perairan Kakaban pun indah.

”Bali” kedua

”Saya kira dalam lima tahun lagi, Maratua dan pulau-pulau di sekitarnya itu bisa menjadi ’Bali’ kedua. Jika nanti Bandara Maratua dibuka, hanya butuh 3 jam naik pesawat dari Jakarta ke Maratua,” ujar Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman.

Hal itu dikatakan Sudirman dalam Lokakarya Nasional Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar dan bedah buku Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil Nusantara: Kalimantan Timur-Nusa di Beranda Nusantara, pertengahan Agustus 2015 di Berau.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO Penyu hijau tampak bermain di ekosistem terumbu karang di Pulau Maratua, bagian dari Taman Pesisir Kepulauan Derawan, di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Sabtu (13/12/2014). Wisata alam bahari di kawasan tersebut mendongkrak minat para investor. Jika tak ada upaya pemberdayaan di kawasan pesisir itu, masyarakat setempat akan kian terpinggirkan.
Dalam banyak kesempatan, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak juga melontarkan tentang Derawan. Makmur HAPK, mantan Bupati Berau, juga hampir dipastikan selalu mengangkat potensi Derawan dalam setiap kata sambutan di berbagai acara yang pernah dihadirinya.

Makmur mengistilahkan Derawan sebagai anugerah untuk Berau. Derawan memang ”jualan” utama pariwisata Kaltim sejak dahulu. Hanya saja, sayangnya, jualan itu belum digarap secara optimal. Dan seperti biasa, kendala utama adalah keterbatasan infrastruktur dan kesiapan masyarakat.

Sebagai tempat wisata yang sudah dikenal di luar negeri, tuntutan terhadap Derawan sangat tinggi. Derawan indah lautnya, tetapi sisi daratan—yang sebenarnya adalah penunjang utama—mestinya ikut diperhatikan. Sayangnya, Derawan lemah. Kalah jauh dibandingkan Bali.

Semua wisatawan yang pernah ke Derawan dan sekitarnya selalu mengeluh soal sampah. Sri Wibisono (37), warga Balikpapan yang pernah beberapa kali mengunjungi Derawan, merasa tidak nyaman dengan pemandangan daratan Derawan. ”Penginapan warga pun terkesan seadanya,” katanya.

Menuju Derawan juga membingungkan bagi sebagian wisatawan. Begitu mendarat di Bandara Kalimarau, Berau, hanya tersedia angkot ke Pelabuhan Tanjung Batu, yang itu pun maksimal siang hari. Solusinya, harus mencarter mobil.

Sesampai di Tanjung Batu, wisatawan ”diserbu” motoris kapal cepat yang menawarkan sewa dengan aneka macam tarif.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dietriech G Bengen mengatakan, kuliner di Derawan pun tidak tergarap.

BARRY KUSUMA Pulau Derawan di Kalimantan Timur.
”Wisatawan hanya menjumpai menu iwak pithik (ayam) dan iwak endhog (telur). Itu yang masih saya temukan. Seharusnya kuliner Derawan ya hasil laut yang segar. Bikin yang inovatif-lah. Misalnya wisatawan memancing ikan di laut, dan ikan itulah yang nanti dimasak,” katanya.

Kompas pernah mengalami hal itu tatkala memesan kopi instan dan mi instan goreng di salah satu warung. Kopi dihidangkan dalam waktu 30 menit, sedangkan mi instan dalam waktu 45 menit. Semuanya sudah dalam kondisi sedikit hangat. Dan itu sungguh mengecewakan.

Fasilitas terbatas

Rohaini membenarkan keluhan-keluhan tersebut. Pihaknya, bahkan semua instansi terkait di Berau, sudah sering menyampaikan kepada warga Derawan tentang pentingnya menyajikan kuliner secara inovatif dan enak.

Derawan memang mengalami kendala keterbatasan, baik dalam listrik, air bersih, maupun pemenuhan kebutuhan barang.

”Namun jika bicara wisata, apa yang diinginkan wisatawan, yakni kenyamanan dan keistimewaan kuliner, harus dipenuhi. Penyeragaman tarif kapal cepat dan sewa penginapan juga menjadi permasalahan yang menanti diurai. Juga kemudahan transportasi dari pusat kota (Tanjung Redep),” kata Rohaini.

Urusan sampah juga sedang dibahas dan kemungkinan tahun ini dibangun instalasi pengolah sampah di Tanjung Batu sebab lahan Derawan terbatas.

”Jadi, nanti sampah di Derawan diangkut memakai kapal menuju Tanjung Batu. Tidak ada cara lain,” ujar Rohaini.

Titik balik kemudahan transportasi menuju Derawan, menurut Rohaini, bakal terjadi tatkala Bandara Maratua di Pulau Maratua difungsikan.

DOK INDONESIA.TRAVEL Keindahan bawah laut di Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.
Bandara kecil dengan landasan pacu sepanjang 1.200 meter ini sebenarnya ditargetkan buka Desember 2015, tetapi diundur.

”Keinginan kami, rute awalnya nanti adalah Maratua-Tarakan dan Maratua-Tanjung Redeb. Mungkin rute itu bisa dilayani 1-2 kali seminggu,” ujar Makmur HAPK, Bupati Berau saat itu, saat peletakan batu pertama pembangunan terminal bandara tersebut, pertengahan September 2015.

Derawan mesti lebih dikenal, terutama oleh wisatawan domestik. Rohaini mengatakan, setiap bulan Kepulauan Derawan didatangi 1.000-2.000 wisatawan domestik (lokal) dan 50-100 wisatawan mancanegara.

Mereka ditampung di sekitar 110 tempat penginapan yang berupa cottage, resort, dan homestay (rumah warga yang difungsikan juga sebagai penginapan) yang tersebar di Derawan dan Maratua. (Lukas Adi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com