Namun bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-495 Kabupaten Semarang, masyarakat bisa melihat visualisasi legenda terjadinya Rawapening melalui sendratari kolosal "Baruklinting" di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Selasa (15/3/2016) siang.
Sekitar 500 siswa-siswi SMAN 2 Ungaran, membawakan kisah legendaris "Baruklinting" dengan apik sehingga mengundang decak kagum ribuan masyarakat yang memenuhi Alun-alun Bung Karno.
Tak hanya warga lokal, gelaran sendratari kolosal Baruklinting ini juga menarik perhatian warga asing yang kebetulan tengah berada di Ungaran. Salah satunya adalah Juliesch, warga negara Perancis yang menjadi pengajar relawan di Indonesia.
"Benar-benar hebat, luar biasa. Saya pikir itu sangat penting untuk menjaga budaya ini. Saya bekerja di SMA Doa Ungaran, sekolah yang sangat besar. Saya pikir, saya suka makanan dan orang-orang di sini. Orang-orangnya sangat ramah dan pemandangannya sangat indah. Saya menyukai sawah, ya benar-benar hebat dan itu sangat berbeda dengan budaya saya. Saya sungguh senang mengetahui negara ini," ungkap Juliesh.
Namun saat sudah menjadi manusia seutuhnya, ia justru ditolak oleh warga dusun yang berlaku sombong.
Baruklinting marah lalu menancapkan sebatang lidi di tanah dan menantang siapa pun warga dusun yang sanggup mencabutnya. Tantangan itu dipenuhi oleh warga, namun anehnya tak satupun warga dusun yang mampu mencabut lidi tersebut.
Sebuah keanehan terjadi tatkala Baruklinting mencabut lidi tersebut, memancarlah air dari dalam tanah. Air tersebut keluar tanpa henti, hingga seluruh desa tenggelam bersama warga dusun yang menghuninya.
Latihan 9 bulan
Menyajikan sendratari yang melibatkan ratusan siswa bukanlah perkara gampang. Dibutuhkan latihan selama 9 bulan di sela aktivitas para siswa belajar di sekolah. "Sekitar sebulan latihannya. Kesulitannya pas ngepasin sama gerakannya teman-teman. Soalnya banyak kan?" kata Anindita, salah satu penari yang berperan sebagai Ariwulan, ibu dari tokoh Baruklinting.
Sang sutradara, Djoko Priyanto berharap sendratari kolosal Baruklinting ini dapat menjadi ikon baru Kabupaten Semarang.
Tarian ini diharapkan dapat dikembangkan oleh komunitas-komunitas seni yang tersebar di Kabupaten Semarang, sehingga ke depan dapat ditampilkan dengan melibatkan lebih banyak lagi penari yang ada.
"Harapan saya itu justru di kampung-kampung itu kesenian seperti ini diperbanyak lagi. Pengennya itu menjadi kebudayaan Kabupaten Semarang, jadi ikon Kabupaten Semarang," ujar Djoko.
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Semarang, Bambang Kusriyanto mengatakan, pergelaran sendratari kolosal Baruklinting ini merupakan potensi kesenian yang layak dijual sebagai paket wisata di Kabupaten Semarang.
Namun sayangnya, promosi sejumlah agenda budaya, termasuk sendratari kolosal Baruklinting dalam rangka HUT Kabupaten Semarang ini dirasa sangat kurang sehingga hanya bisa dinikmati oleh masyarakat lokal saja.
"Semestinya ini bisa dikemas untuk menarik wisatawan, karena di sini ternyata ada tarian khas, yakni sendratari kolosal di Alun-alun," kata Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.