Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetirah di Bukit Sakral

Kompas.com - 16/03/2016, 14:20 WIB
Gua Ngilgi

Sama seperti Goonininup alias Moora Katta alias King’s Park, Gua Ngilgi, menurut legenda penduduk asli, juga situs purba, di mana kekuatan jahat bernama ”Wolgine” dan kekuatan mulia ”Ngilgi” bertarung di sana.

Gua yang bisa ditelusuri dalam waktu 30 menit itu memiliki batuan warna-warni.

”Which one do you want to watch? Yellow, red?” kata pemandu perempuan di sebuah altar di dalam Gua Ngilgi.

Bocah perempuan dan lelaki berusia sekitar 4 dan 5 tahun yang ditanya senang banget menimang batu-batu sebesar labu dan timun. Lampu senter disorotkan dari bawah dan batu itu ternyata berwarna merah darah. Bocah itu terkekeh-kekeh.

Suara yang riang digemakan gua sakral yang sekian abad lalu merupakan situs tetirah suku Aborigin. Gua abadi dalam sunyi itu lalu hidup sebagai pariwisata!

Gua Ngilgi mengingatkan karakter tanah Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dengan batuan cadas dan lempung serta vegetasi kayu besar. Hutannya bukan hutan lebat tertutup, warnanya kelabu dan coklat, semaknya rumput besar dan tanaman merambat.

Pemandu kami, Kevin (60-an), mengingatkan, jangan berjalan terlalu ke pinggir jalan setapak karena ancaman ular berbisa dan ular berbisa lain mirip ”kaki ampat” di Papua bisa membuat Anda ”melompat dan menari-nari” ketakutan.

Saat turun ke dalam tanah—untuk menyusuri liang gua—deposit mineral yang berjuntai di langit-langit gua (stalagtit) dan duri karang yang muncul dari dasar gua mengarah ke atas (stalagmit) menjadi teater alam yang rumit.

Namun, Gua Ngilgi yang abadi barangkali menangis. Jika cermat mengamati, nyaris semua stalagtit dan stalagmit dalam jarak jangkauan tangan manusia di jalur wisatawan hancur atau tanggal karena ulah tangan jahil yang menggapai-gapai keabadiannya.

”Barangkali, orang mau membawa kenangan abadi, ya, Mas,” kata seorang perempuan di dekatku.

Kujawab saja, ”Mereka ingin jadi bagian dari sejarah Australia!” (Hariadi Saptono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com