Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ake Sentosa, Pesan Kesejahteraan dari Ternate

Kompas.com - 17/03/2016, 09:11 WIB
NUR Ain (31) bersama anaknya, Muhammad Kadafi (3), berhenti sejenak dan melepaskan alas kaki mereka sebelum memasuki pintu menuju Ake Sentosa di kompleks Kedaton Sultan Ternate, Maluku Utara.

Keheningan senja pada awal Februari lalu itu mengantar mereka menuju sebuah ”alam baru”, alamnya para leluhur yang diyakini dekat dengan bisikan Tuhan.

Setelah memberi salam, sambil memegang jeriken kosong, Nur menuntun Kadafi menuruni tangga kemudian berjalan pelan. Sambil menunduk, Nur beberapa kali mengucapkan salam dengan setengah berbisik.

(BACA: Kapan Gerhana Kembali Lagi?)

Salam Nur terdengar jelas saat ia menyapa Samsul Gani, salah satu perwira tinggi Kesultanan Ternate yang duduk di dalam gazebo tak jauh dari pintu masuk itu.

Setelah melewati gazebo, Nur kembali mengucap salam juga dengan suara setengah berbisik dan terus berjalan menuju sebuah ruangan sempit. Tak tau kepada siapa ia memberi salam.

Tiba di depan ruang itu ia berhenti lagi dan kembali mengucapkan salam. Setelah masuk, ia menenangkan diri sejenak dan berdoa beberapa menit.

Seusai berdoa, sambil bersujud, Nur bergerak mendekati sumber Ake Sentosa dalam ruang itu. Dengan gayung, ia mengambil air dan menuangkannya ke dalam jeriken hingga penuh.

Kadafi pun diajak masuk untuk meminum air dan membasuh wajah. Nur kemudian berdoa lagi dan keluar dari ruang itu.

Ake dalam bahasa Indonesia berarti air. Dinamakan Ake Sentosa karena air itu diyakini membawa kesejahteraan bagi orang yang menggunakannya untuk minum, mandi, atau membasuh tubuh.

Air itu dianggap mujarab sebab telah terbukti menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat.

Atas keyakinan itu pula, Nur sering kali datang mengambil air di sumber air yang tak pernah kering itu sejak ia masih seusia Kadafi.

Salah satu pengalaman yang dialami Nur ialah air itu dapat menyembuhkan ayahnya, Yusuf Madu (57), yang sakit akibat pengaruh roh jahat.

Kekuatan yang dimiliki Ake Sentosa tak lain merupakan berkah dari Tuhan. Di tempat itu berdiam pula para leluhur Ternate yang semasa hidup mereka penuh dengan kebajikan. Leluhur itu dianggap dekat dengan bisikan Tuhan.

Kendati tidak berwujud, mereka turut menjaga kesucian air itu. Ketika memerintah, para sultan Ternate menggunakan air itu untuk minum, wudu, dan mandi.

Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa Nur beberapa kali mengucapkan salam, mulai dari pintu masuk hingga berada di dekat Ake Sentosa. Nur percaya, para leluhur melihat siapa saja yang masuk ke tempat itu. Ia merasakan ada energi lain di dekatnya.

”Mereka (leluhur) menerima permohonan kita kalau kita bersikap sopan, seperti memberi salam saat masuk ke sini. Kita juga harus mengenakan pakaian yang rapi. Ini dunia mereka, bukan dunia kita,” kata Nur dengan suara pelan.

Tempat itu terbuka bagi semua orang tak hanya masyarakat Ternate. Kendati sebagai kesultanan Islam, pihak Kesultanan Ternate tidak membatasi kalangan di luar Islam datang mengambil Ake Sentosa.

”Air ini anugerah dari Tuhan untuk semua manusia,” ujar Samsul Gani sambil menunjukkan sebuah prasasti.

Di dalam prasasti itu ada tulisan, ”Dengan takdir Allah, terpancarlah sebuah mata air di bawah kaki bukit tersebut dan sampai sekarang terkenal dengan nama Air Sentosa. Air inilah tempat beliau mandi dan mengambil air wudu.” Beliau yang dimaksud adalah para sultan Ternate.

Samsul menuturkan, sudah banyak orang yang merasakan kekuatan Ake Sentosa, baik warga Ternate maupun di daerah lain di Indonesia. Itu karena mereka percaya. Kendati tanpa dimasak, ia menjamin tak ada kuman di dalam air itu.

Sejarah

Rinto Taib, anggota Dewan Pakar Kesultanan Ternate, mengatakan, keberadaan Ake Sentosa berawal dari ekspansi Kesultanan Ternate ke sejumlah wilayah di Nusantara.

Ketika pemerintahan Sultan Mandar Sjah pada abad ke-17, terjadi penyerangan ke Kerajaan Bone di Suwalesi Selatan. Beberapa orang Bone pun dibawa ke Ternate dan merekalah yang menemukan Ake Sentosa itu.

Penemuan Ake Sentosa menjadi tonggak sejarah hubungan antara Ternate dan Bone. Persaingan dan saling menguasai berubah menjadi persahabatan. Atas dasar itu, pemimpin dari kedua belah pihak bersumpah tidak akan bermusuhan sampai selamanya.

Sebagai bentuk penghargaan, Kesultanan Ternate juga memberikan peran kepada warga keturunan Sulawesi Selatan dalam struktur Kesultanan Ternate, seperti menjadi Kapita Makassa.

Kapita Makassa merupakan pimpinan dari komunitas orang-orang Sulawesi Selatan. Mereka berbakti kepada Kesultanan Terante.

Buktinya, di Ternate ada kampung Makassar yang terletak tak jauh dari Kedaton Sultan Ternate. Ake Sentosa mengukuhkan eksistensi mereka hingga lintas generasi.

Favorit

Kini, Ake Sentosa menjadi salah satu tempat favorit pengunjung Kedaton Sultan Ternate. Para abdi kesultanan telah menyiapkan air itu di salah satu gazebo sehingga pengunjung bisa langsung menikmatinya tanpa harus mengambil dari mata air. Air itu disiapkan secara gratis tanpa dipungut bayaran.

Mendiang sultan Ternate ke-48 Mudaffar Sjah dalam tulisannya yang berjudul Eksistensi Kesultanan Ternate dalam Sistem Tata Negara Republik Indonesia menyebut keberadaan Kedaton Sultan Ternate termasuk Ake Santosa di dalamnya.

Ia berharap kedaton tidak sekadar menjadi museum sejarah. Tempat itu dijadikan pusat pembangunan kebudayaan bangsa dan dijadikan sekolah moral.

Terkait pandangan itu, pesan moral yang diambil dari Ake Santosa adalah tanggung jawab pemerintah atau negara untuk memancarkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya tanpa melihat suku, agama, ras, dan budaya.

Tidak kalah penting juga adalah pembangunan untuk kesejahteraan tak membeda-bedakan wilayah. Hal itu yang biasa disampaikan warga dari Maluku Utara dan beberapa daerah di Indonesia bagian timur yang masih jauh dari kesejahteraan.

Kiranya pesan moral Ake Sentosa sampai di hati para pemimpin di negeri ini. Tabea (salam) dari Ternate. (Fransiskus Pati Herin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com