Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rindu Baduy Dalam: Pelajaran dari Safri, Pelestari Tradisi Hadapi Modernisasi

Kompas.com - 06/04/2016, 19:37 WIB

Menuju ke Cijahe kami berjalan sambil mencicipi buah kokosan dan asem kranji hasil dari hutan Baduy Dalam. Selain berladang, warga Baduy Dalam juga menjual asem kranji, buah kokosan serta madu yang mereka dapat dari hutan sebagai lahan usahanya.

Selalu rindu kembali ke Baduy Dalam Menginap di Baduy Dalam banyak pelajaran yang kami dapat. Belajar tentang rasa syukur, cinta sesama, kepemimpinan, loyalitas, kesederhanaan, dan kejujuran.

Rasanya berat hati kami meninggalkan Baduy Dalam. Kampung dengan penuh kesederhanaan dengan komitmen tidak ikut terbawa arus modernisasi. Kampung yang memiliki pemimpin yang dihormati seluruh warga. Kampung yang seluruh warganya patuh pada hukum.

Sepulangnya dari Baduy meski tinggal berjauhan, komunikasi dengan Safri tetap berjalan. Saat Safri datang ke Jakarta, selalu ia menghubungi saya baik lewat SMS maupun telepon. Jika teman-teman di Jakarta pernah jumpa Safri dan kawan-kawannya, mungkin hanya saya yang tinggal di Cianjur yang belum bisa dikunjunginya.

Kabar terakhir Safri datang dari Arman, si empunya doyanjalan. Melalui kabar yang didapat Arman dari Safri diketahui kalau saat ini di Baduy Dalam sedang masa kawalu alias musim panen. Diperkirakan baru selesai bulai Mei mendatang. Saya bisa membayangkan kampung di Baduy Dalam pasti semakin sepi karena jika musim ke ladang mereka memang menginap dan tinggal beberapa hari.

Begitu yang kami alami saat melewati Kampung Cikertawana yang ditinggal warganya berladang. Kampung sunyi sepi karena ditinggal pergi. Berladang bagi penduduk Baduy Dalam bukan hanya sekadar mata pencaharian, tetapi juga sebuah ritual ibadah.

Menurut mereka menanam padi gogo adalah sebuah ritual mengawinkan dewi padi atau Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Karenanya mereka berladang dengan sepenuh hati serta sangat menjunjung tinggi aturan adat nenek moyangnya.

Begitulah, meski berjauhan kami dan Safri tetap berkomunikasi. Jadi tidak heran kan kalau Safri seorang Baduy Dalam ia kini mengaktifkan dan punya akun Facebook? Jika awal tahun 2012 saja Safri sudah pandai menggunakan ponsel, termasuk kirim dan terima pesan pendek (SMS) bukan sebuah hal yang tidak mungkin jika tahun 2016 ini Safri sudah punya akun jejaring sosial sendiri, meski dipakainya terbatas (hanya pada saat tertentu) tak jadi gaya hidup seperti kita pada umumnya.

Artikel ini ditulis Okti Li dan sebelumnya tayang di Kompasiana dengan judul yang sama. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com