Setiap suapan ikan gurnard terasa empuk dan renyah karena berpadu dengan potongan chips dan kentang goreng. Kita bisa memilih olahan ikan dengan digoreng tepung atau dipanggang.
Tak hanya masakannya yang istimewa, sensasi bersantap di kapal juga menjadi keunggulan dari Boat Cafe.
Kapal yang digunakan sebagai restoran Boat Cafe ini awalnya bernama Aucklander yang diluncurkan di Skotlandia pada November 1957. Aucklander termasuk kapal uap terakhir di Inggris.
Sempat menjelajah ke seluruh dunia, kapal ini kemudian pensiun dan dimanfaatkan sebagai restoran apung di Wellington sejak 1992.
Nama kapal tersebut kemudian diubah menjadi Tapuhi II untuk mengenang kapal Tapuhi Tua yang menyelamatkan 140 nyawa selama bencana Wahine pada 1968.
Pelanggan Boat Cafe sangat beragam mulai dari perenang yang kelaparan, keluarga, hingga wisatawan.
Sepanjang jalan raya, tampak pemandangan hamparan rumput yang menjadi rumah bagi beragam ternak, seperti ilama, sapi, dan domba.
Belum puas menikmati hijau segarnya rumput Wellington, suguhan lain berupa perbukitan hutan pinus, perkampungan suku Maori, laut, hingga birunya langit sudah tersaji di depan mata.
Awan-awan putih yang berarak di langit juga melahirkan julukan Aotearoa atau ”Tanah Awan Putih Berarak” bagi Selandia Baru.
Sambil bersantap aneka hidangan laut atau olahan daging ternak lokal di Fishermans Table, pengunjung restoran bisa melihat bayangan Pulau Kapiti dari kejauhan.
Bersantap di Fishermans Table dijamin tak mengecewakan karena penyaji yang cekatan. Tak butuh menunggu lama untuk menyantap aneka hidangan laut.
Jika memesan hidangan utama, restoran ini menggratiskan menu salad yang disajikan di meja serupa kapal mini.
Duduk di teras restoran menjadi pilihan menarik karena bisa bebas menghirup udara laut yang seolah tak berbatas dan menjadi bagian tak terpisah dari restoran.