Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Es Hawa, Nostalgia Kuliner Masa Kecil di Semarang

Kompas.com - 14/04/2016, 16:13 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Lebih dari 90 stan kuliner dan hingga suvenir berjejer di Pasar Malam Semawis yang berada di kawasan Pecinan Semarang. Di antara puluhan kuliner tersebut terselip beberapa kuliner legendaris yang sudah langka di Semarang, salah satunya Es Hawa.

Mungkin bagi remaja nama tersebut kurang familiar, terlebih bagi wisatawan dari luar kota Semarang. Namun, ternyata kuliner tersebut sangat familiar di kalangan warga tahun 1990-an.

Kuliner legendaris Semarang ini dahulu dijajakan di pasar-pasar, sekolahan, hingga alun-alun di Semarang. Seiring berkembangnya kuliner es di kota besar tersebut, Es Hawa semakin tersisihkan sehingga kini jumlahnya sangat sedikit.

Untuk Anda yang ingin bernostalgia dengan kuliner tersebut, bisa mengunjungi kuliner di Pasar Malam Semawis yang buka setiap akhir pekan, mulai pukul 18.00 hingga 23.00 WIB. Gerobak ini terparkir rapi di sela-sela stand jajanan kekinian yang dijual disana.

Pak Yahya sang penjual yang telah menjajakan es ini sejak 1998 di Semarang. Ia mengatakan kini penjualnya hanya dua, dirinya dan pakde atau pamannya.

“Resepnya tradisional dari orangtua, sekarang yang jualan tinggal saya sama Pakde di Semarang,” ujar Yahya kepada KompasTravel saat ditemui di Pasar Semawis, Minggu (10/4/2016).

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Sepintas penampakan es hawa Semarang seperti es lilin yang di tusuk menggunakan sumpit jika di Jawa Barat.
Sepintas penampakannya seperti es lilin yang ditusuk menggunakan sumpit. Tersedia dalam berbagai rasa, yaitu alpukat, stroberi, cokelat, nangka, dan kacang hijau. Namun hari itu Yahya hanya menyediakan kacang hijau dan cokelat putih karena keterbatasan gerobaknya. Cokelat putih ialah es kacang hijau putih yang dicelupkan ke topping cokelat cair.

Adonan es sendiri terbuat kelapa, dipadu dengan berbagai rasa. Yahya mengatakan, dalam sekali jualan memang hanya menyiapkan dua sampai tiga rasa, maka setiap ia berjualan rasanya tidak tetap, sesuai keberuntungan pembeli.

Spesialnya es tersebut langsung dibuat di depan pembeli. Di dalam gerobaknya terdapat cetakan alumunium yang direndam di bongkahan es.

Adonan kelapa tersebut dituangkan ke dalam cetakan, sumpit dimasukan sebagai pegangan es ketika sudah jadi. Kemudian ditutup hingga 10 sampai 15 menit. Sumpit tersebut diangkat dan es Hawa siap untuk dinikmati.

KompasTravel mencoba varian rasa cokelat putih dan kacang hijau. Rasanya manis dan gurih dari kelapa yang menjadi bahan dasarnya. Tidak terlalu dominan campuran airnya di adonan, sehingga es ini terasa lembut. Krim cokelat sendiri terbuat dari tepung cokelat atau cocoa yang dicairkan.

Gerobaknya tak pernah sepi dari pembeli. Dari remaja hingga orangtua yang hendak bernostalgia silih berganti berdatangan.

“Dulu orang tua jualannya memang di SD-SD, tapi sekarang sudah sepi. Jadi saya jualannya di Car Free Day dan Semawis ini, buat yang mau nostalgia,” tutup Yahya.

Hanya dengan Rp 2.000, Anda bisa bernostalgia dengan jajanan masa kecil ini di Pasar Malam Semawis atau di area Car Free Day Simpang lima tapatnya di pojok samping Mall Citraland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com