Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdullah Husein, Khalifah Zapin Api dari Riau

Kompas.com - 28/04/2016, 16:07 WIB

Alat gambus milik Abdullah sudah cukup tua, peninggalan almarhum ayahnya, Husein, yang merupakan khalifah kondang pada era 1940-1970-an. Alat itu cukup terawat meski performanya mulai kurang maksimal akibat dimakan zaman.

Tentang gambus, lanjut Abdullah, alat petik itu hanya dipasang tujuh senar, bukan 12 seperti umumnya. Tujuh senar itu melambangkan pengkajian diri atas tujuh maqam (martabat seseorang di hadapan Allah). Angka tujuh juga merujuk pada tujuh ayat pada Surat Al Fatihah dalam kitab suci Al Quran.

Ayat-ayat atau mantra untuk dapat menekan ”tombol” masuk dan bermain para penari seluruhnya merupakan bagian ayat-ayat dalam Al Quran. Demikian pula saat menyadarkan pemain setelah selesai menari. Seluruh rangkaian zapin api tidak terlepas dari doa-doa agar seluruh pemain dapat terbebas dari bahaya.

Tinggal dua orang

Abdullah mengaku lahir sepekan setelah Hari Kemerdekaan RI tahun 1945. Seingatnya, ia sudah menjadi pemain zapin api sejak usia 12 tahun. Dia mewarisi bakat ayahnya yang malang melintang di Riau. Ke mana pun ayahnya tampil, dia selalu diajak. Di waktu-waktu senggang, Abdullah belajar memainkan gambus dan merapal doa.

”Waktu itu ayah saya sering diundang tampil di acara pesta nikah, sunatan, dan acara-acara besar lain di Bengkalis, Dumai, dan daerah lain,” katanya, Sabtu (16/4/2016).

Setelah berpuluh tahun mengikuti ayahnya, segala ilmu sudah diturunkan. Ketika ayahnya wafat, giliran Abdullah memegang jabatan sebagai khalifah untuk meneruskan tradisi itu. Peran itu dilakoni sampai tahun 1980-an.

Namun, kemudian, zapin api mulai tenggelam dan mati seiring fenomena masuknya organ tunggal atau kibor dangdutan di daerahnya. Abdullah akhirnya banting setir menjadi nelayan, seperti profesi lazim laki-laki di kampungnya.

Hampir tiga dekade, zapin api tidak dimainkan. Baru pada 2013, Edwar, Kepala Dinas Pariwisata Bengkalis, mencoba menggali dan menghidupkan berbagai tradisi asli daerah itu. Dari cerita orang-orang tua tentang zapin api, akhirnya Edwar bertemu dengan Abdullah di Rupat Utara.

Edwar yang dijumpai di Desa Tanjung Medang saat pertunjukan zapin api mengatakan, sekarang ini hanya tinggal dua khalifah zapin api yang masih hidup. Selain Abdullah, masih ada Muhammad Nur yang berusia 102 tahun.

Nur adalah pemain zapin api semasa ayah Abdullah masih menjadi khalifah. Karena sudah sangat sepuh, Nur kurang aktif. Sekarang ini hanya Abdullah yang aktif membentuk grup zapin api di rumahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com