Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memintal Cerita Wastra Asli Bumi Laskar Pelangi

Kompas.com - 27/05/2016, 21:08 WIB

Aneka teknik membatik ini nantinya akan berpengaruh terhadap harga jual selembar kain yang mereka produksi juga banyaknya kain yang dihasilkan. Dalam seminggu Galeri batik De Simpor bisa menghasilkan ratusan helai kain batik yang dijadikan buah tangan para wisatawan.

Dengan harga yang cukup terjangkau namun tetap menguntungkan bagi pengerajinnya, Galeri Batik Daun Simpor memasarkan bati baik yang masih berbentuk kain maupun telah berbentuk pakaian jadi. Sehelai kain batik bisa ditebus seharga 200 ribu  hingga 500 ribu sesuai dengan kesulitan pembuatannya. Untuk batik yang telah dijahit menjandi pakaian jadi harganya lebih beragam lagi.

Galeri Batik Daun Simpor menjadi tempat produksi sekaligus tempat penjualan bagi batik khas Belitung Timur. Semua batik yang dijual pun merupakan batik yang diproduksi di tempat yang sama. Menurut Linda, saat ini di Belitung Timur belum tumbuh industri batik rumahan seperti di Jawa, masalah utamanya adalah ketersediaan bahan dan alat produksi sehingga saat ini pembuatan batik khas Belitung Timur masih terkonsentrasi di tempatnya.

Pemasaran dan sumber daya manusia dirasa Linda masih menjadi kekurangan dalam pengembangan batik khas Belitung Timur. Pada awalnya terdapat 70 lebih pengerajin yang dilatih namun kini hanya ada 6 orang pembatik yang tergabung di Galeri Batik Daun Simpor.

Untuk pemasaran, Linda masih menggantungkan pada Galeri Batik Daun Simpor. Meski sudah mencapai angka penjualan yang cukup baik, Linda masih berharap bisa memasarkan batik khas Belitung Timur lebih luas lagi dengan harga yang terjangkau.

Baik Linda maupun Markana, mereka merupakan para punggawa terciptanya kain khas bumi laskar pelangi. Perhatian dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mendukung perjuangan yang telah mereka mereka mulai dalam selembar kain yang akan menjadi indentitas pulau Belitung.

(Nationalgeographic.co.id/Yushanti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com