PONTIANAK, KOMPAS.com – Ratusan masyarakat Tionghoa di Pontianak, Kalimantan Barat, tumpah ruah di Sungai Kapuas. Sejak pukul 11.00 WIB, Kamis (9/6/2016), masyarakat mulai berdatangan dan terpusat di belakang komplek Pasar Siantan.
Pasalnya, hari ini bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Imlek merupakan tradisi makan besar bersama keluarga, disertai dengan mandi tengah hari.
Beragam cara yang mereka lakukan untuk melaksanakan ritual ini. Mulai dari hanya sekadar mandi bersama keluarga, hingga perang lempar air menggunakan perahu bermesin.
Sejumlah pompa pemadam kebakaran juga terlihat turut menyemprotkan air di tengah kerumunan masyarakat.
Mereka mempersiapkan perahu wisata yang dihias dengan aneka pernak pernik khas untuk memeriahkan suasana.
Salah satu Meimei Kalbar, Jesselyn menuturkan asal muasal tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini. Bakcang, yang menjadi penganan khas dalam tradisi ini mengawalinya bercerita.
Konon dikisahkan, pada zaman dahulu ada seorang ksatria di sebuah kerajaan yang sangat berjiwa nasionalis. Pada masa itu, ada sekelompok pejabat kerajaan yang ingin berbuat kejahatan dengan melakukan korupsi.
Namun, upaya Sang Ksatria memperingati Rajanya tak berhasil. Ia pun gagal mengabarkan kepada Raja tentang ancaman itu.
Akibatnya kerajaan pun perlahan hancur dan Sang Ksatria merasa sangat bersalah karena tidak berhasil mengingatkan Raja.
Saking cinta kepada negaranya, ia pun mengorbankan dirinya dengan terjun ke sungai, sebagai bentuk bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada negaranya.
Ketika ia melompat ke sungai, banyak masyarakat melihat peristiwa itu. Masyarakat pun berusaha menemukannya. Namun sayang, Sang Ksatria sudah tenggelam dan tak pernah ditemukan.
Ada juga masyarakat yang masih berupaya mencari dengan menggunakan perahu dayung. Namun, upaya tersebut juga tidak membuahkan hasil.